Jumat, 31 Juli 2009

JANGAN TAKUT HADAPI Flu AH1N1 / Flu Babi / Swine Flu

Fakta terbaru : 95 persen penderita virus A-H1N1 / Flu Babi bisa sembuh tanpa opname /rawat inap. Bahkan, sebagian lagi sembuh tanpa mengonsumsi obat apa pun.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI, Prof Chandra Yoga baru-baru ini mengatakan pada sebuah diskusi di Jakarta agar masyarakat siap siaga menghadapi pandemi virus Swine Flu / AH1N1 / Flu Babi.

Kiat-kiat sederhana dari Prof Chandra:

1. Laksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti olahraga teratur, makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup. Jaga selalu stamina tubuh.

2. Demi mengurangi risiko transmisi virus A-H1N1, kita sebaiknya menghindari menyentuh mukosa, seperti mata, mulut, ataupun hidung seusai melakukan kontak dengan siapa pun juga.

3. Biasakan diri untuk selalu mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir.

4. Memakai masker di tempat-tempat yang berpotensi tertular virus A-H1N1, seperti rumah sakit, dan lainnya. Masker hanya dapat sekali digunakan. Ketika sakit flu, penderita juga disarankan agar menggunakan masker.

Kendati WHO telah menyatakan status penyebaran flu A-H1N1 telah memasuki tahap pandemik, Chandra meminta agar masyarakat tidak panik. "Saat ini, 95 persen penderita virus A-H1N1 dapat sembuh tanpa opname (rawat inap). Bahkan, sebagian lagi sembuh tanpa mengonsumsi obat apa pun," ujarnya.

Saat ini, kata Chandra, virus A-H1N1 belum memiliki vaksin. Tamiflu, yang saat ini diberikan kepada orang yang terjangkit flu tersebut, pada dasarnya adalah obat flu biasa yang hanya dapat menghambat replikasi virus.

Terkait permintaan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon kepada produsen vaksin besar di masing-masing negara untuk segera memproduksi vaksin A-H1N1 beberapa waktu lalu, Chandra mengatakan, hal tersebut baru dapat terealisasi dalam kurun waktu tiga hingga empat bulan."Ketika keluar, itu pun hanya diuji lagi. Jangan sampai malah menimbulkan virus baru," ujarnya.(Sumber : Tribun-timur.com)

Senin, 27 Juli 2009

Limbah Biosulfur LNG Donggi-Senoro bisa untuk pupuk

Biosulfur yang adalah hasil sampingan dari pengolahan gas bisa digunakan untuk pupuk.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banggai harus siap memanfaatkan biosulfur yang dihasilkan dari sumur-sumur gas Blok Matindok dan Senoro. Pasalnya, biosulfur yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Hal ini disampaikan Facility Manager PT Pertamina EP –PPGM (Proyek Pengembangan Gas Matindok) Syahrial Ali belum lama ini di Luwuk.

Menurut Syahrial, pengembangan sumur-sumur gas Matindok di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah nantinya tidak hanya menghasilkan gas untuk dipasok ke kilang PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) tapi juga kondensat dan biosulfur. Untuk kondensat akan disatukan di terminal kondensat yang dikelola JOB Pertamina – Medco E & P Tomori Sulawesi (JOB PMTS) di Lapangan Gas Senoro. Sedangkan biosulfur yang dihasilkan dalam bentuk pasta dari produksi gas beracun hidrogen sulfida (H2S) tidak akan dimanfaatkan. Untuk itu, Pemkab harus memanfaatkannya bagi peningkatan produksi pertanian dengan mendistribusikannya ke petani.

PT Pertamina EP –PPGM sendiri telah bekerjasama dengan Pusat Penelitian Bioenergi dan Surfaktan IPB (Institut Pertanian Bogor) untuk penelitian pemanfaatan biosulfur dari gas Matindok sebagai pupuk tanaman kedelai, jagung, dan jarak pagar. Sementara untuk pupuk tanaman bawang dikerjasamakan dengan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako (Untad) Palu. Dan hasil penelitian menunjukkan biosulfur dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif yang baik dan memperkokoh sistem perakaran tanaman.

Dijelaskannya, hasil penelitian terhadap tanaman bawang oleh Faperta Untad pada percobaan rumah kaca (green house) menunjukkan, respons tanaman terhadap pemupukan biosulfur tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, baik pada umur 15 hari, 30 hari maupun 45 hari setelah tanam (HST). Namun, respons tanaman terhadap pemupukan berpengaruh nyata pada bobot segar dan bobot kering pada 30 HST.

Sedangkan pada percobaan lapangan terungkap bahwa respons tanaman terhadap pemupukan Biosulfur tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, namun perlakuan pemberian pupuk standar (NPK) ditambah biosulfur serta perlakuan pemupukan biosulfur secara tunggal cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan pemupukan standard (NPK) (P0 dan P1). Sementara respons tanaman terhadap pemupukan berpengaruh nyata pada bobot kering tanaman umur 30 HST. Dimana perlakuan pemberian pupuk standar (NPK) ditambah biosulfur, serta perlakuan pemupukan biosulfur secara tunggal (P2 dan P3) cenderung lebih baik dibanding perlakuan kontrol dan pemupukan standar (P0 dan P1).

Karenanya, di masa mendatang, kata Syahrial, biosulfur dari Donggi Senoro dapat dimanfaatkan bagi pemenuhan kebutuhan pupuk petani di Sulawesi Tengah. Dengan adanya hasil samping tersebut, maka kebutuhan sulfur yang merupakan hara esensial makro bagi pertanian dapat dipenuhi. Hara esensial seperti Sulfur sendiri dibutuhkan dalam jumlah besar dan tidak dapat digantikan oleh hara lainnya. “Biosulfur telah diteliti dan aman untuk pupuk. Sepanjang dikelola dengan baik, biosulfur buangan dari Donggi Senoro sangat potensial untuk pertanian. Nanti Pemda yang atur soal pemanfaatan biosulfur dari pada hanya dibuang,” kata Syahrial.

Diperkirakan, sekitar 15 ton biosulfur per hari akan dihasilkan PT Pertamina EP –PPGM dari Lapangan Gas Donggi, Matindok dan Sukamaju di Blok Matindok selama 15 tahun masa eksploitasi. Sementara JOB PMTS akan menghasilkan sekitar 30 ton biosulfur per hari dari Lapangan Gas Senoro.

Syahrial menambahkan, dengan banyaknya produksi biosulfur setiap harinya, maka Pemda diharapkan dapat mengelolanya dengan baik. Dan akan lebih baik lagi bila nantinya biosulfur yang dihasilkan dapat dikomersialkan untuk menambah pendapatan daerah dengan mampu didistribusikan bagi kebutuhan daerah lain. (Sumber : indonesiaenergywatch.com)

Deposit Emas di Toili (Kab.BANGGAI)

Pemda Luwuk-Banggai mengklaim telah menemukan deposit emas di daerah toili dan direncanakan untuk diinvestigasi lebih lanjut untuk mendapat kepastian sisi ekonominya dan setelah itu akan dilanjutkan dengan explorasi-eksploitasi setelah mendapat investor yang akan berinvestasi dan persetujuan dari pusat. Semoga bermanfaat bagi masyarakat banyak bukan individu, lembaga atau perusahaan saja.

Pemkab Banggai di Sulawesi Tengah (Sulteng) mengumumkan telah menemukan lokasi baru untuk penambangan emas, namun belum dapat memastikan total luasan penyebaran beserta cadangan depositnya.

Lokasi tersebut terletak di Kecamatan Toili atau berjarak sekitar 12 kilometer arah tenggara di perbatasan dengan Kabupaten Marowali dan 17 kilometer arah barat di perbatasan dengan Kabupaten Tojo-Unauna.

Kepala Bidang Geologi pada Dinas Pertambangan Kabupaten Banggai, Mohammad Arif, kepada ANTARA di Luwuk, ibukota Kabupaten Banggai, Ahad, mengatakan lokasi baru cadangan emas itu diketemukan setelah adanya beberapa penduduk asal Kecamatan Toili secara tidak sengaja menemukan butiran di sekitar aliran sungai setempat.

Mereka kemudian saling mengajak melakukan penambangan secara tradisional dan hingga saat ini masih berlangsung.

Arif mengatakan, setelah mendapatkan laporan tersebut, pihaknya mengirimkan beberapa geolog untuk melakukan survei permukaan, dan ternyata penyebaran material emas di kawasan tersebut ada terlihat pada radius lebih empat hektar.

“Besar kemungkinan penyebarannya jauh lebih luas dari yang diketemukan melalui survei permukaan, karena hingga kini belum dilakukan pengamatan menggunakan peralatan yang memanfaatkan teknologi satelit,” tuturnya.

Ia menambahkan, berdasarkan hasil uji sampel di laboratorium, kadungan emas yang ada di lokasi penemuan baru tersebut sangat tinggi, yaitu mencapai 80 persen.

Pemkab Banggai sendiri berencana menawarkan potensi emas di kawasan Pegunungan Batui ini kepada investor yang sungguh-sungguh membangun industri pertambangan, setelah berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.

Pada tahun 1997 lalu, sebuah perusahaan asal Australia yang sudah memperoleh kontrak karya dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral telah melakukan eksplorasi untuk menambang emas di kawasan “Kepala Burung” Pulau Sulawesi (bagian timur Kabupaten Banggai) dan di Pulau Banggai (Kabupaten Banggai Kepulauan).

Namun, operasional perusahaan yang belum lama berlangsung itu dihentikan, karena tidak menemukan cadangan emas sebagaimana yang diharapkan. (Sumber : matanews.com)

Jumat, 24 Juli 2009

Potret dunia pendidikan kita (Khususnya Kab. Banggai), Luwuk-Banggai kekurangan 10.000 guru.

Inilah sebagian potret dari pendidikan kita, selain metode mengajar, kualitas guru, ketidakpastian kurikulum setiap tahun, ketidaklengkapan fasilitas, pendidikan yang semakin mahal dan tidak terjangkau, kesejahteraan guru dan ternyata kekurangan jumlah guru disalah-satu Kabupaten saja bisa mencapai 10.000 guru. Pemerintah 2x....bukan main..

Pemerintah Kabupaten Banggai di Sulawesi Tengah melaporkan hingga pertengahan 2009 masih kekurangan sekitar 10.000 guru untuk berbagai bidang studi dan pada semua tingkatan sekolah.

"Tapi kekurangan guru itu paling banyak pada tingkatan SD dan SLTP (SMP dan Madrasah Tsanawiyah) di semua kecamatan," kata Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten Banggai, Arifin Lasadam kepada wartawan di Luwuk, Sulsel, Selasa (30/6).

Diakuinya, Banggan memang mendapat jatah dari pemerintah pusat dalam pengangkatan PNS setiap tahunnya. Namuan, lanjut dia, jumlah formasinya sangat kecil dan jauh dari kebutuhan.

"Kami setiap tahun selalu mengusulkan pengangkatan guru dalam jumlah memadai, namun jatah yang diberikan sangat kecil," tuturnya.

Namun demikian, kata Lasadam, pada tahun 2010 akan mengupayakan peningkatkan jumlah tenaga pengajar SD dan SLTP dalam jumlah memadai melalui formasi penerimaan seleksi PNS.

"Kami sudah berkonsultasi dengan Bagian Kepegawaian Pemkab untuk meningkatkan formasi penerimaan guru pada seleksi PNS mendatang, dan sudah ada komitmen untuk memperkecil kekurangan tersebut dalam beberapa tahun ke depan," katanya.

Menurut dia, apabila kekurangan guru dalam jumlah besar itu terus dibiarkan berlarut-larut, maka dalam jangka panjang dengan sendirinya dapat memengaruhi mutu yang dihasilkan. "Sekarang ini memang belum terasa, tetapi tahun-tahun ke depannya bisa menyulitkan pemerintah daerah." (Sumber : primaironline.com)

Rabu, 22 Juli 2009

Akreditasi Universitas Tompotika (UNTIKA) Luwuk Banggai

Dibawah ini adalah akreditasi program-program studi UNTIKA untuk tahun terbaru bersumber dari BAN. Semoga semakin meningkat kualitasnya dari tahun ke tahun. MAJU terus Untika !!!

Tamiflu disebarkan di Puskesmas-Puskesmas di Kab. Banggai

Seluruh Masyarakat diminta untuk hidup sehat, waspada dan berhati-hati
dengan kemungkinan penyebaran swine flu/AH1N1/Flu Babi.
Sekali lagi inilah GEJALA-GEJALA UMUMNYA :
Demam yang muncul tiba-tiba, Batuk, Nyeri otot, Sakit tenggorokan, Kelelahan yang berlebihan, Penderita muntah-muntah dan diare.

Badan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memberikan beberapa tips.

  • Tutupi hidung dan mulut Anda dengan tisu jika Anda batuk atau bersin. Kemudian buang tisu itu ke kotak sampah.
  • Sering-seringlah mencuci tangan Anda dengan air bersih dan sabun, terutama setelah Anda batuk atau bersin. Pembersih tangan berbasis alkohol juga efektif digunakan.
  • Jangan menyentuh mulut, hidung atau mulut Anda dengan tangan.
  • Hindari kontak atau berdekatan dengan orang yang sakit flu. Sebab influenza umumnya menyebar lewat orang ke orang melalui batuk atau bersin penderita.
  • Jika Anda sakit flu, CDC menyarankan Anda untuk tidak masuk kerja atau sekolah dan beristirahat di rumah.
Berikut adalah berita terkait :
Untuk mengantisipasi masuknya virus N1H1 atau Flu Babi di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat telah menyiapkan ribuan butir kapsul Tamiflu dan menyebarkan ke seluruh Puskesmas yang ada.

"Tamiflu yang dikirim Departemen Kesehatan itu sudah kami sebarkan ke Puskesmas, guna menjaga kemungkinan masuknya virus H1N1 dan menular pada manusia," kata Kabag Pemberantas Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) Dinkes Kabupaten Banggai dr Sulastri Usman di Luwuk, Jumat.

Tamiflu (oseltamivir phosphate) sendiri merupakan antivirus yang diberikan secara oral guna dipergunakan untuk terapi dan pencegahan semua jenis virus influenza, termasuk H5N1 (Flu Burung) dan H1N1 (Flu Babi).

Tamiflu masuk dalam kelompok obat yang dikenal sebagai penghambat neuraminidase (neuraminidase inhibitors-NAIs).

Sedangkan NAIs sendiri dirancang untuk secara spesifik menyerang virus influenza dan mencegah replikasi virus dalam tubuh dengan menyerang satu dari dua struktur permukaan virus influenza yaitu protein neuraminidase.

Manfaat Tamiflu tidak hanya terbatas pada pengurangan gejala influenza. Bukti-bukti menunjukkan bahwa terapi dengan Tamiflu menurunkan terjadinya komplikasi pada saluran pernapasan bawah sekunder, bronkitis, pneumonia dan lamanya perawatan di rumah sakit.

Sulastri tidak menyebutkan rincian Tamiflu yang didistribusikan ke masing-masing Puskesmas, namun menyatakan stok obat yang merupakan tambahan itu sudah cukup untuk menanggulangi jika kemungkinan muncul kasus Flu Babi pada manusia di daerahnya.

"Persediaan Tamiflu cukup untuk mengantisipasi kemungkinan ada warga di daerah ini yang terserang virus H1N1 hingga beberapa bulan ke depan," kata dia.

Sementara jumlah Puskesmas di Kabupaten Banggai yang mendapatkan tambahan Tamiflu sejak dua pekan lalu mencapai 63 buah tersebar di 13 kecamatan.

Departemen Kesehatan sendiri sebenarnya sudah pernah mendistribusikan ribuan butir Tamiflu ke Kabupaten Banggai, ketika pertama kali ditemukan kasus kematian puluhan ternak ayam potong di daerah itu akibat serangan vurus H5N1 pertengahan tahun lalu (Sumber : antarasulsel).

Selasa, 21 Juli 2009

Bandara SA Amir belum siap antisipasi penularan AH1N1 (Flu babi/Swine Influenza)

Sekilas mengenai AH1N1/Swine Influenza/Flu Babi : AH1N1 atau Swine Influenza atau Flu Babi, tidak menular dari babi ke manusia TETAPI menular
dari Manusia ke Manusia sama seperti penularan Flu biasa.

Ciri-ciri dan gejala AH1N1/flu babi :
1. Demam yang muncul tiba-tiba
2. Batuk
3. Nyeri otot
4. Sakit tenggorokan
5. Kelelahan yang berlebihan
6. Penderita muntah-muntah dan diare

Badan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memberikan beberapa tips.

Tutupi hidung dan mulut Anda dengan tisu jika Anda batuk atau bersin.
Kemudian buang tisu itu ke kotak sampah.

Sering-seringlah mencuci tangan Anda dengan air bersih dan sabun, terutama setelah Anda batuk atau bersin. Pembersih tangan berbasis alkohol juga efektif digunakan.

Jangan menyentuh mulut, hidung atau mulut Anda dengan tangan.Hindari kontak atau berdekatan dengan orang yang sakit flu. Sebab influenza umumnya menyebar lewat orang ke orang melalui batuk atau bersin penderita.

Jika Anda sakit flu, CDC menyarankan Anda untuk tidak masuk kerja atau sekolah dan beristirahat di rumah.

Pengelola Bandara Syukuran Aminuddin Amir di kota Luwuk (ibukota Kabupaten Banggai) di Sulawesi Tengah mengaku belum memiliki alat serta petugas teknis untuk mendeteksi penderita virus H1N1 atau Flu Babi. Hal itu disampaikan oleh kepala bandara domestik tersebut JW Ratuliu, di Luwuk, Rabu (15/7).

Menurut Ratuliu, pengelola Bandara Syukuran Aminuddin Amir Luwuk, hingga kini belum mendapatkan konfirmasi dari Ditjen Perhubungan Udara Departemen Perhubungan atau pemerintah setempat untuk melakukan pencegahan masuknya virus Flu Babi di daerahnya melalui jalur udara. "Pihak kami hingga kini belum menerima surat edaran dari Dirjen maupun Pemda, sehingga pengelolaan bandara dilakukan seperti biasa," katanya.

Ia mengatakan, berdasarkan informasi yang ia terima dari Departemen Perhubungan, pengawasan terhadap penumpang yang masuk-keluar bandara khususnya dari luar negeri, untuk sementara baru dilakukan di bandara-bandara internasional yang ada di Indonesia.
Dengan demikian, katanya, Bandara Syukuran Aminuddin Amir belum mendapat prioritas untuk pencegahan penyebaran Flu Babi,

Kondisi itu terjadi terlepas selama ini, Luwuk menjadi tempat transit wisatawan asing yang berkunjung ke sejumlah daerah tujuan wisata di bagian timur Pulau Sulawesi. Bandara yang berada di pinggiran selatan calon ibukota Provinsi Sulawesi Timur itu setiap tahun disinggahi ratusan wisatawan asing asal Eropa, Amerika, dan Australia.

Wisatawan asing ini umumnya masuk melalui bandara internasional Soekarno-Hatta Tengerang, Juanda Surabaya, Hasanuddin Makassar, dan Sam Ratulangi Manado. Umumnya wisatawan asing ini berkunjung ke taman laut Kepulauan Togean di Teluk Tomini dan Cagar Alam Morowali di pinggiran Teluk Tolo.

Sekalipun demikian, Ratuliu berharap masyarakat di Kabupaten Banggai tidak perlu mengkhawatirkan masuknya virus H1N1 melalui bandara setempat. Semua orang asing yang berkunjung ke Indonesia sudah mendapatkan pemeriksaan ketat di semua bandara internasional di Tanah Air yang menjadi pintu masuknya (Sumber : Wikipedia dan Republika Newsroom).

Kamis, 16 Juli 2009

Banggai KRISIS LISTRIK


Fenomena yang telah terjadi selama bertahun-tahun ini mungkin akan semakin diperparah dengan rencana pengembangan Kota Luwuk- Kab Banggai untuk menjadi daerah penghasil Minyak Bumi dan Gas Alam serta pembangunan infrastruktur pendukung ekonomi, perdagangan, pertambangan dan kehutanan. Pemda berusaha untuk mengatasi hal ini dengan beberapa hal seperti di sadur dari sumber di bawah ini :

-Menhut Diharap Beri Persetujuan-
Kabupaten Banggai memerlukan pasokan listrik yang lebih besar untuk menunjang industrialisasi migas, karenanya Suaka Margasatwa (SM) Bakiriang akan dieksploitasi. Selama ini, pasokan listrik untuk Banggai belum mencukupi. Padahal, sejumlah industri besar belum berdiri. Hal ini yang menjadi kendala serius bagi masuknya investor ke wilayah timur Sulawesi Tengah ini.

Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Banggai, Hardi Uda’a, Sabtu (20/06/2009) mengatakan, akibat kurangnya pasokan listrik menyebabkan 4 dari 13 kecamatan yang ada di daerah ini hanya menikmati aliran listrik selama 6 jam sehari. Empat kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan Balantak, Bualemo, Bunta, Nuhon dan sebagian besar desa di Kecamatan Lamala.

Sementara, kecamatan-kecamatan lain, termasuk kota Luwuk, masih sering menghadapi pemadaman bergilir. Biasanya, pemadaman listrik bergilir dilakukan dengan skema 7 hari berturut-turut menyala dan 1 hari padam. Namun, pada kondisi yang parah, perbandingannya menjadi 4 hari menyala, 1 hari padam.. “Secara umum kita (kami) krisis listrik, walaupun sekarang belum parah,” terang Hardi.

Hardi menambahkan, saat ini pembangunan Luwuk Shopping Mall terhambat karena pasokan listrik yang tidak mencukupi. Begitu juga dengan PT PLN Cabang Luwuk yang belum dapat melakukan pemasangan meteran listrik baru, meskipun pendaftar calon pelanggan listrik rumah tangga mencapai 4 ratusan karena terbentur pasokan yang kurang. Ini belum termasuk kebutuhan listrik untuk industri skala kecil menengah dan rencana pengembangan pemukiman. Kondisi ini jelas akan menghambat perkembangan ekonomi daerah. “Mall terhambat gara-gara listrik tidak cukup,” ungkapnya.

Di satu sisi, lanjut Hardi, Kabupaten Banggai memiliki banyak potensi sumber pembangkit listrik tenaga air dan juga memiliki cadangan gas alam yang lumayan. Potensi ini belum termanfaatkan dengan maskimal. Saat ini, dari sekian banyak sungai yang mengalir di daerah ini, baru ada dua unit pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTMH) yang beroperasi, yakni PLTMH Hangahanga untuk menunjang pasokan listrik kota Luwuk dan sekitarnya selain dari PLTD Luwuk.

Sementara, tambahan pembangunan PLTMH di Nuhon sebesar 2,5 MW yang dipersiapkan untuk memenuhi pasokan listrik di Kecamatan Nuhon dan Bunta baru dalam tahap pembangunan. Sedangkan PLTMH di Sungai Biak untuk tambahan pasokan listrik 5,2 MW bagi kota Luwuk dan sekitarnya juga masih dalam tahapan perencanaan.

Dengan adanya rencana pembangunan kilang LNG (liquefied natural gas) dan pabrik amoniak, serta akan berdirinya sejumlah pabrik kelapa sawit, maka kebutuhan listrik juga akan semakin besar. Kebutuhan listrik yang besar ini, menurut Hardi, tidak mampu dipenuhi hanya dari PLTMH yang hanya punya daya terbatas, karenanya pemanfaatan cadangan gas alam untuk pembangkit listrik diyakini dapat memenuhi kebutuhan listrik daerah yang terus meningkat. “Listrik yang ada mati bergilir. Di sisi lain, kita ada gas. Tidak cukup kalau hanya mengandalkan PLTMH, makanya kita harapkan PLTG itu,” ujarnya.

Untuk itu, tahun 2008, Pemerintah Kabupaten Banggai telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan PT Pertamina EP –PPGM untuk pembangunan IPP (Independent Power Plant) Banggai demi kecukupan pasokan listrik daerah. Namun, realisasinya belum dapat dipastikan karena bergantung pada persetujuan Menteri Kehutanan (Menhut).

Menurut Hardi, Pemerintah Kabupaten Banggai berharap Menhut dapat menyetujui pinjam pakai kawasan hutan Suaka Margasatwa Bakiriang untuk eksploitasi Lapangan Gas Sukamaju oleh PT Pertamina EP –PPGM (Proyek Pengembangan Gas Matindok). PT Pertamina EP –PPGM sendiri telah mencadangkan 32,56 BCF (milyar kaki kubik) kandungan lapangan gas di hutan adat Batui itu. Bupati Banggai Ma,mun Amir sendiri telah melayangkan surat permohonan pinjam pakai kawasan hutan Bakiriang untuk PT Pertamina EP –PPGM ke Menhut, namun hingga saat ini belum mendapat tanggapan.

Hardi menegaskan, jika nanti IPP Banggai terealisasi, maka kebutuhan listrik Kabupaten Banggai dan sekitarnya dapat terpenuhi. Sehingga krisis listrik tidak akan terjadi lagi.

Kondisi Bakiriang sendiri sebagai kawasan hutan perlindungan maleo (Macrocephalon maleo), burung endemik Sulawesi yang terancam punah, saat ini sangat memprihatinkan. Hasil investigasi Yayasan Merah Putih Palu (YMPP) menyebutkan, dari 12.500 hektar luas hutan konservasi di wilayah Kecamatan Batui dan Toili itu, hanya sekitar 1.000 hektar saja yang masih berhutan. Sisanya rusak oleh perambahan dan perkebunan. “Kalau Menhut tidak yakin dengan kondisi Bakiriang saat ini, bisa turunkan tim untuk lihat langsung keadaan di lapangan,” tandasnya. (Sumber : indonesiaenergywatch.com)

Semoga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap Ekologi dan Lingkungan.


Senin, 06 Juli 2009

200 M untuk Banggai (Jika Ekspoitasi MIGAS Matindok terealisasi)

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banggai mendukung sepenuhnya investor yang akan mengelola potensi gas di daerah itu. Dukungan ini diberikan Pemkab Banggai dengan cara memberi kemudahan dalam penerbitan izin yang dibutuhkan investor.

“Tanpa investasi pembangunan satu daerah akan berjalan lambat. Jadi, kehadiran investor di daerah ini harus disambut baik,” kata Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Banggai, H Musir A Madja, saat menjadi pembicara pada sosialisasi rencana PT Pertamina EP untuk melakukan pengembangan migas di Kabupaten Banggai, Kamis (2/7).

Musir mengemukakan, bila pengembangan migas oleh PT Pertamina EP ini terealisasi maka Kabupaten Banggai akan mendapatkan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp200 miliar selama 15 tahun atau sekitar Rp200 juta per tahun. Angka ini sangat besar untuk membiayai program pembangunan di Kabupaten Banggai.

Pada bagian lain, mantan Kadis Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) ini mengemukakan, kehadiran investor di Kabupaten Banggai akan menghapus stigma negative bagi Sulteng yang selalu diidentikan sebagai daerah yang rawan konflik. Kehadiran investor ini membuktikan bahwa Sulteng aman.

“Provinsi Sulteng selama ini, dikenal identik dengan Poso yang dilanda konflik horizontal. Jadi masyarakat Indonesia bahkan dunia menganggap Provinsi Sulteng tidak aman bagi para investor,” katanya.

Untuk mengubah anggapan masyarakat Indonesia dan dunia terhadap keamanan di Provinsi Sulteng ini kata Sekkab Banggai, maka masyarakat harus menunjukkan dengan menyambut investor dengan baik dan ramah dan memberikan kemudahan bagi kelancaraan eksploitasi migas di Kabupaten Banggai (Sumber : RadarSulteng).

Harusnya investasi di daerah dapat dinikmati oleh semua eleman masyarakat.

14 Sumur Gas yang Baru Akan Dibor (Fasilitas Produksi Migas di Banggai Akan Dibangun).


PT Pertamina EP berencana membangun fasilitas pengeboran dan produksi minyak dan gas (Migas) areal Matindok. Ini dilakukan setelah Pertamina berhasil melakukan pengeboran di sejumlah tempat di Kabupaten Banggai. Kini Pertamina berencana melakukan pengeboran di 14 titik sumur yang dinilai memiliki kandungan gas.

Pengeboran gas tersebut dilakukan di empat lapangan yang mengandung potensi gas sangat besar, yakni Maleo Raja 117,54 bscf, Matindok 135,51 bscf, Dongi 332,76 bscf dan Minahaki 80,45 bscf yang membutuhkan investasi miliaran rupiah.

General Menejer Proyek Pembangunan Fasilitas Pengeboran dan Produksi Migas Area Matindok, PT Pertamina, EP Indra Kusuma pada sosialisasi proyek pengembangan Gas Matindok, Kamis (2/7) mengatakan, hasil produksi gas di semua sumur yang dibangun PT Pertamina akan bermuara kepada Dongi Sinoro (DS) LNG selaku perusahaan hilir yang membeli, merubah, mengelola gas menjadi LNG.

Dari semua sumur gas yang dieksploitasi PT Pertamina EP akan menghasilkan 335 juta mmcs/day yang mengalir ke kilang LNG. Sedangkan eksploitasi gas Sinoro adalah eksploitasi gas terbesar, karena memiliki kandungan yang sangat besar dibandingkan sumur lain dengan hasil produksi sebesar 1.500 bscf.

Perkiraan gas onstream dari area Matindok kwartal sebesar 12013 dengan investasi mencapai 700 juta dolar dan government take sebesar 1182 dolar. Ini merupakan investasi yang besar, sehingga membutuhkan dukungan pemerintah dan masyarakat Banggai.

Rencana pengembangan pembangunan proyek gas Matindok membutuhkan puluhan hektar tanah yang harus dibebaskan, termasuk jalur pipa yang akan dilalui hingga ke kilang LNG. Areal yang dibutuhkan dan dibebaskan pada tahun 2009 ini seluas 64,9 hektar, termasuk areal persawahan.

Pada tahun 2010, PT Pertamina akan mengembangkan proyek migas itu dengan membutuhkan lahan seluas 109,67 hektar. Lahan tersebut untuk mendukung aktifitas dan kegiatan pembangunan migas yang mulai berproduksi di Kabupaten Banggai.

Untuk pembebasan di areal persawahan akan dilakukan negosiasi terhadap pemilik tanah. Sedangkan areal sawah yang terkena jaringan pipa gas, PT Pertamina EP akan menyewa tanah yang dilalui pipa gas yang ditanam sedalam 2 meter dari permukaan tanah.

Dan masyarakat masih dapat menggunakan lahannya untuk menanam padi tanpa harus takut atau cemas atas pipa yang berada di bawah areal persawahannya. Dengan ketentuan para petani diminta menjaga pipa itu, sekaligus dilarang menggali atau menggunakan alat berat untuk menggali jalur pipa gas (Sumber :RadarSulteng).

Semoga bisa bermanfaat bagi seluruh masyarakat.

Rabu, 01 Juli 2009

"Luwuk from ABOVE" (Alun-alun Air di Luwuk )


Jika kita memperhatikan kota-kota di Indonesia pada umumnya, yang disebut alun-alun biasanya berupa lapangan besar di tengah kota yang menjadi public space bagi penduduk atau warga kota itu, dan ruang besar itu berada di atas tanah yang datar yang demikian luas, seringkali berumput. Tetapi, yang kita lihat di Luwuk, ibukota Kabupaten Banggai di Sulawesi Tengah ini sungguh berbeda. Di sini, alun-alun kota tidak berupa daratan, melainkan berupa sebuah perairan. Bagaimana bisa terjadi?

Ya, kota Luwuk secara kebetulan memiliki keunikan alamiah yang jarang ditemui di tempat lain. Kota pantai ini memiliki teluk yang membentuk sebuah bundaran besar perairan di tengah-tengah kota. Teluk ini dinamai Teluk Lalong, yang menjadi orientasi utama kota Luwuk. Karena laut menjadi area yang rendah, maka kota Luwuk menjadi seperti sebuah cawan besar yang terisi air di bagian tengahnya. Sebagai sebuah ruang publik, aktifitas komunal masyarakat Luwuk banyak tersedot di daerah sekitar Teluk Lalong ini.

Selain sebagai ruang komunal, alun-alun air ini juga menjadi pusat kegiatan ekonomi Luwuk, karena juga berfungsi sebagai pelabuhan. Di sini ada terminal peti kemas, ada pelabuhan rakyat, ada dermaga untuk perahu wisata, ada tempat untuk bersantai dan makan, ada tempat budidaya ikan di karamba dan lain sebagainya. Pendeknya, Teluk Lalong ini menjadi public space dan sekaligus CBD (Central Business District) bagi kota Luwuk.

Kondisi yang unik seperti ini jelas memiliki banyak potensi, sehingga harus ditata dan diatur dengan cermat dan teliti. Di samping dampak positif, ada banyak masalah yang mungkin mengancam Teluk Lalong ini seperti pencemaran air, kerusakan kekayaan hayati, abrasi pantai, juga terlalu padatnya bangunan di sekitar teluk. Sebelum semua dampak negatif itu terjadi, teluk ini harus dibangun dengan tanpa melupakan upaya untuk menjaga keberlanjutannya, baik secara ekonomis, kultural dan natural.

Di dalam bahasa Jawa atau Melayu, kata alun berarti ombak yang memanjang yang tidak bergulung-gulung, maka sangat mungkin sekali kata alun-alun memang ada hubungannya dengan air juga. Di kota Luwuk ini, kita melihat sebuah dialektika antara tanah dan air yang mengingatkan kita akan keberanian nenek-moyang kita dulu menaklukkan dunia bahari dengan mengarungi samudera luas hingga pesisir barat Afrika dengan kapal-kapal layar. Tidak salah jika kemudian kota Luwuk mempunyai semboyan ambigu “Luwuk Berair”, yang juga bisa diartikan Bersih, Aman, Indah dan Rapi.

Jadi, alun-alun Teluk Lalong ini juga sekaligus sebagai sebuah kritik kepada pandangan kita akan tanah air selama ini yang cenderung berat sebelah. Tanah begitu dipuja dan didewakan, dibela hingga “sadumuk bathuk, sanyari bumi”. Namun kita sering lupa pada kekuatan air yang sebenarnya merupakan genesis dari keberadaan kita di Nusantara ini. Di Luwuk, kita kembali diingatkan pada kekuatan dialektis dari kehidupan purba Nusantara yang mana tanah dan air adalah dua kekuatan yang tak terpisahkan.

Nenek moyang kita dahulu datang ke Nusantara secara bergelombang melalui laut, lalu menetap di sejumlah pulau-pulau yang tersebar di dalam rangkaian kepulauan Nusantara. Mereka begitu akrab dengan kehidupan laut, dengan dunia air, sebagaimana tersurat dalam syair lawas:

Papan disusun menghadang ombak
Layar dijalin menentang angin
Nakhoda awas di kemudi
Pedoman jangan dilepaskan

Jika memang demikian, alun-alun Teluk Lalong di Luwuk ini adalah alun-alun real dengan alun atau ombak kecil yang datang silih berganti. Dan Luwuk menjadi sebuah kota yang benar-benar menjadi tanah-air bagi warganya. (Sumber : Surabayapost)