Selasa, 27 Oktober 2009

MENGAPA anda HARUS OPTIMIS dan POSITIF?

Dalam sebuah buku populer, Cynthia Kersey mengisahkan cerita tentang George Dantzig, seorang mahasiwa yang pada suatu waktu datang terlambat untuk mengikuti perkuliahan. Sewaktu masuk kelas, George hanya sempat mencatat dua soal matematika sebagai pekerjaan rumah.

Saat tugas tersebut dikumpulkan, maka dari semua mahasiwa hanya George yang bisa mengerjakan soal-soal tersebut. George sendiri juga heran mengapa hanya dia seorang yang bisa mengerjakannya.

TERNYATA, sebelum memberikan kedua soal tersebut Profesor yang bersangkutan berkata kepada mahasiwanya bahwa SOAL-SOAL INI SANGATLAH SUSAH bahkan BELUM ADA AHLI YANG BISA MENYELESAIKANNYA. Ini yang membuat para mahasiswa lainnya selain George menjadi pesimis dan negatif, dan itulah membuat mereka tidak berjuang MAKSIMAL untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Lain halnya dengan George, dia tidak terpengaruh dengan kata-kata dari Profesor, dia tetap OPTIMIS dan POSITIF untuk menghadapi soal-soal tersebut, dan ternyata PERBEDAAN antara kedua sikap tersebut sangatlah besar. So, tetap OPTIMIS dan POSIFIT (Sumber : WartaBETHANY Sangatta)

Minggu, 25 Oktober 2009

HARGA JUAL GAS DONGGI-SENORO DITURUNkan?

Berita yang disadur dari detik.com tentang rencana penurunan harga gas dari DONGGI-SENORO untuk mengantisipasi pembeli DOMESTIK :

Konsorsium PT Pertamina (Persero) dan PT Medco Energi Internasional telah bersedia menurunkan harga jual gas Senoro di mulut sumur (well head) yang akan dijualnya kepada para pembeli domestik.

"Konsorsium sudah mau menurunkan tapi dengan conditional precedent (syarat tertentu)," ujar Dirjen Migas Evita Herawati Legowo, di Gedung Departemen ESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (15/10/2009).

Evita menyebutkan, sejumlah syarat yang diajukan konsorsium diantaranya konsorsium meminta investasi yang sudah dikeluarkannya bisa dijamin kembali dan juga komitmen dari para calon pembeli mengenai kesiapan mereka untuk menyerap gas tersebut.

"Kan para calon pembeli juga harus siapkan fasilitas penerimanya. Misalnya PLN mereka kan harus siapkan pembangkitnya," jelasnya.

Saat ditanya mengenai berapa besar penurunan yang diajukan konsorsium tersebut, Evita enggan menyebutkannya.

"Saya tidak bisa sampaikan, yang jelas mereka sudah mau turunkan," tegas Evita.

Seperti diketahui, masalah penjualan gas Donggi Senoro muncuk setelah adanya keputusan rapat koordinasi di Istana Wakil Presiden yang menyebutkan kalau alokasi gas Senoro untuk domestik.

Padahal sebelumnya, di sisi hilir Konsorsium Donggi-Senoro (DS) LNG yang terdiri dari Pertamina, Medco dan Mitsubishi telah menyepakati perjanjian awal (Head of Agreement/HoA) jual beli gas dengan pembeli asal Jepang, Chubu Electric Power dan Kansai Electric Power. Namun karena pemerintah tidak juga memberikan persetujuan untuk jual beli gas tersebut, membuat Kansai mundur menjadi pembeli gas tersebut.

Untuk itu, pada Rabu (19/8/2009) lalu, Departemen ESDM mengundang pembeli domestik untuk mempertanyakan kesiapan mereka membeli gas di lapangan Senoro dan Matindok.

Selain diminta untuk memberikan kepastian pembelian, para calon pembeli juga diminta untuk memikirkan skema pembiayaan lain jika Jepang tidak mau memberikan pendanaan. Untuk pengembangan proyek tersebut, Konsorsium membutuhkan pendanaan sebesar US$ 3,7 miliar. Untuk upstream US$ 1,7 miliar dan US$ downstream sebesar US$ 2 miliar.

Dalam proses negosiasi antara pembeli dan produsen gas Senoro tersebut, Dirjen Migas Evita Herawati Legowo ditunjuk untuk menjadi salah satu fasilitor.

Dari hasil pencarian tersebut, tiga calon pembeli domestik gas Senoro sudah menyatakan minatnya untuk menyerap 211 mmscfd gas dari lapangan Senoro dan Matindok. Ketiga calon pembeli domestik tersebut yaitu PT Pupuk Sriwijaya, PT Panca Amara Utama (PAU) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Sumber : Detik.com).

Selasa, 20 Oktober 2009

HIBAH KAPAL IKAN BEKAS dari KOREA

Seratus buah kapal penangkap ikan Korea Selatan akan masuk Sulawesi Tengah untuk memperkuat armada penangkapan ikan di perairan Teluk Tomini dan sekitarnya, kata Hasanuddin Aco, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng kepada ANTARA, Sabtu."Kami belum pastikan kapan kapal-kapal itu tiba, tapi diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama," katanya.Menurutnya, pengiriman kapal-kapal penangkap ikan itu adalah bagian dari kerjasama provinsi kembar Sulawesi Tengah dan Provinsi Joellanam (Joellanam-do), Korea Selatan.Sekitar 12 perusahaan dari Provinsi Joellanam berminat menanamkan modal di lima sektor yakni pertanian, kelautan dan perikanan, bioenergi, pertambangan dan pembangunan infrastruktur ramah lingkungan.Nota kesepahaman (MoU) provinsi kembar telah ditandatangani oleh Gubernur Sulawesi Tengah H Banjela Paliudju dan Gubernur Joellanam Park Joon-Yung di Joellanam pada 29 September 2009.Hasanuddin menjelaskan, kapal-kapal ikan yang akan dikirim ke Sulteng itu adalah kapal ikan bekas tapi memiliki peralatan modern, antara lain teknologi sonar yang bisa memantau keberadaan ikan di dalam laut serta peralatan Global Positionin System (GPS)."Kapal-kapal itu akan berbasis di Luwuk, Kabupaten Banggai. Kota ini terletak di mulut Teluk Tomini dan diperkirakan memiliki potensi tangkapan yang cukup besar," ujarnya.Ia menegaskan, kehadiran kapal-kapal ikan Korea itu mengntungkan ekonomi Sulteng bahkan ekonomi nasional karena tangkapan ikan lebih besar dan terkoordinasi sehingga bisa mengembangkan industri dan bisnis hasil perikanan di daerah ini (Sumber : Antaranews.com)

Rabu, 07 Oktober 2009

Binatang pendeteksi GEMPA

Artikel tentang fauna-fauna yang katanya bisa mendeteksi gempa :

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memastikan gempa bumi merupakan gejala alam yang sulit diprediksi kapan datangnya dengan alat secanggih apapun. Namun ilmuwan-ilmuwan di China sejak beberapa tahun lalu telah membuat terobosan baru dalam mendeteksi gejala awal gempa bumi. Bukan alat canggih, tapi perilaku binatang.

Seperti diketahui banyak hewan dapat mendengar suara ultrasonik dan melihat di kegelapan.

Yang pernah dilakukan negeri Tirai Bambu ini adalah meneliti tingkah polah dan kebiasaan ular. Penelitian dilakukan terhadap peternakan ular selama 24 jam dengan bantuan kamera. Tepatnya di Nanning, sebelah selatan Provinsi Guangxi. Nanning adalah wilayah di China yang sering diterjang gempa.

Kenapa ular? Karena dari hasil penelitian ular merupakan binatang paling sensitif karena memiliki gelombang seismik. Binatang melata ini bisa mendeteksi kemungkinan terjadinya gempa dari jarak 120 km atau sekitar 3-5 hari sebelum gempa benar-benar terjadi.

Penelitian yang dilakukan di Nanning beberapa tahun lalu menunjukkan ular di kandang membentur-benturkan kepalanya di dinding untuk mencari jalan ke luar. Di habitatnya, ular akan ke luar dari sarang menjelang gempa, tidak peduli musim dingin sekali pun.

Tidak hanya ular, ilmuwan China juga mengamati perilaku hewan-hewan lain yang ada di kebun binatang. Dari pengamatan itu, beberapa jenis hewan memperlihatkan respons tertentu menjelang terjadinya gempa. Misalnya, hewan-hewan yang sedang melalui tidur panjang akan bangun dan keluar dari persembunyiannya atau hewan-hewan akuatik akan melompat-lompat dari permukaan air.

Jenis-jenis hewan yang diamati antara lain burung merak, katak, ular, kura-kura, rusa, dan tupai. Kantor seismologi China mencatat setidaknya terdapat 130 jenis hewan yang memperlihatkan perilaku abnormal sebelum terjadinya gempa.

Panda, binatang khas China juga bisa menjadi petunjuk. Sebelum gempa besar yang terjadi di Sinchuan beberapa waktu lalu, panda di cagar alam nasional Wolong terlihat gelisah.

Tingkah laku aneh menjelang gempa juga diperlihatkan hewan lainnya. Pada tahun 2005, dilaporkan bahwa kawanan gajah meraung-raung dan berlari liar menjelang gempa besar yang memicu tsunami di Sri Lanka dan India. Gajah bisa mendeteksi bencana lewat kakinya.

Menjelang gempa dan tsunami di Aceh dan Nias pada penghujung 2004 lalu kawanan burung bangau juga berbondong-bondong menjauhi laut/pantai. Gejala yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Kalau China meneliti perilaku binatang, bagaimana dengan BMKG?

Dalam situsnya, badan ini menyebutkan prediksi gempa bumi masih dalam taraf penelitian. Parameter prediksi adalah lokasi, besarnya dan waktunya. "Perkiraan lokasi dan besarnya gempa dapat saja dilakukan, namun tantangan yang paling sulit adalah menjawab kapan gempa tersebut terjadi," demikian BMKG.

Berdasarkan sejarah gempa maka bisa dihitung probabilitasnya; makin kecil gempa maka makin besar probabilitasnya terjadi di lokasi yang memang potensi (seperti di daerah pertemuan lempeng tektonik). Sebaliknya makin besar gempanya maka makin kecil probabilitasnya.

Berdasarkan monitoring tanda-tanda pendahuluan (precursor) gempa bumi besar, maka secara fisika bisa diungkapkan bahwa apabila materi mengalami stres maka beberapa sifat materi tersebut mengalami perubahan yang dapat di monitor, seperti kepadatan, kandungan air, kandungan electron, sifat kemanignitan, sifat radio aktif dan sebagainya.

Di daerah pertemuan lempeng tektonik terjadi akumulasi stres akibat tekanan pergerakan lempeng tektonik. Maka bisa dilakukan monitoring perubahan gravitas, electron, kemagnitan, tinggi air tanah, radon (radio aktif), seismic dan sebagainya.

Sampai saat ini yang dapat dibuktikan adalah setelah gempa besar maka hasil monitoring sebelum terjadi gempa dikaji lagi. Hasilnya memang ada beberapa tanda menunjukkan gejala anomali tertentu. Namun belum dapat disimpulkan bahwa tanda tersebut menandakan gempa akan terjadi, karena tanda tersebut sering juga muncul tanda tanpa disertai adanya gempa besar. Hal ini membuktikan bahwa prediksi gempa belum konsisten secara ilmiah dan belum dapat dikatakan sebagai teknologi yang dapat dipakai.

"China mengoperasikan system prediksi gempa dengan memakai bermacam sensor seperti GPS (Global, Posisioning System), Gravity, magnit, radon, termasuk gejala tingkah laku binatang. Hasilnya memang beberapa kali sukses, namun lebih sering gagal memprediksi gempa besar (Sumber : Vivanews.com)

Selasa, 06 Oktober 2009

"ARDI", Ardipithecus ramidus berusia 4,4 miliar tahun lalu yang diperkirakan sebagai nenek moyang manusia tertua

Artikel dari Kompas.com tentang ASAL USUL manusia, "katanya":

Sejarah kehidupan manusia kemungkinan muncul lebih lama dari perkiraan sebelumnya dengan ditemukannya fosil "Ardi" di Etiopia. Makhluk ini hidup di dalam hutan sekitar satu juta tahun yang lalu sebelum "Lucy", manusia purba yang selama ini dikenal sebagai nenek moyang pertama manusia.

"Kerangka manusia ini membalikkan fakta umum tentang evolusi manusia," kata Antropologis, C. Owen Lovejoy, dari Kent State University. Kalau sebelumnya evolusi manusia diduga berasal dari nenek moyang yang mirip simpanse, penemuan terbaru itu menunjukkan fakta berbeda.

Penemuan Ardi lebih menguatkan pendapat bahwa simpanse dan manusia berevolusi dari nenek moyang yang sama. Tapi sepanjang perjalanannya, masing-masing berubah dan berevolusi secara terpisah.

"Hubungan evolusi hingga manusia modern dan kera yang hidup sekarang ini kemungkinan berasal dari nenek moyang yang hidup 6 sampai 7 juta tahun yang lalu," kata Tim White, Direktur Pusat Penelitian Evolusi Manusia (HERC) di University of California.

Ardi memiliki ciri-ciri umum yang tidak ada pada kera Afrika modern. Penelitian terhadap Ardi dimulai sejak tulang pertama ditemukan pada tahun 1994, yang mengindikasikan bahwa spesies ini hidup di dalam hutan dan dapat memanjat dengan tangan dan kakinya. Tetapi, dari bentuk tangan dan kaki tersebut memperkirakan jika mereka tidak begitu sering berada di pohon. Mereka juga dapat berdiri tegak dengan kedua kakinya.

Fosil dengan berat 55 kg dan tinggi 1,2 meter tersebut diberi nama ilmiah Ardipithecus ramidus yang berarti akar dari tanah kera. Ia diperkirakan hidup 4,4 juta tahun yang lalu. Ardi memiliki cirri berbeda dengan Lucy yang juga ditemukan di Afrika. Ia tidak seperti Lucy yang mempunyai bentuk yang lebih dengan manusia seperti jenis Australopithecus.

"Pada Ardipithecus, terdapat bentuk unik yang belum berevolusi menyerupai jenis Australopithecus. Jika diperhatikan dari kepala hingga kaki, akan terlihat suatu bentuk mosaik yang bukan seperti simpanse ataupun manusia. Itulah Ardipithecus," kata White.

David Pilbeam, kurator paleanthropologi di Harvard's Peabody Museum of Archaeology and Ethnology menyebut penemuan ini menjadi penemuan terpenting sepanjang penelitian evolusi manusia. Sebab, cirri-cirinya merepresentasikan genus yang kemungkinan besar menjadi nenek moyang Australopithecus, nenek moyang genus manusia modern Homo.

Penelitian ini dibiayai oleh National Science Foundation, the Institute of Geophysics and Planetary Physics dari the University of California, Los Alamos National Laboratory, the Japan Society for the Promotion of Science, dan sebagainya. Secara lengkap, penelitian mengenai Ardi dikemukakan dalam 11 makalah penelitian yang dipublikasikan Jurnal Science teranyar (Kompas.com)

Ini dia tentang Gekko gecko (Tokek)

Tentang TOKEK lagi, bersumber dari Detik.com dan Wikipedia.com :






Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Reptilia
Ordo: Squamata
Upaordo: Sauria
Famili: Gekkonidae
Genus: Gekko
Spesies: G. gecko
Nama binomial
Gekko gecko
(Linnaeus, 1758)

Rupanya bukan hanya cicak dan buaya yang diributkan dengan uang miliaran rupiah. Tokek, cicak besar, yang sering dijumpai di rumah-rumah juga diributkan dengan uang yang sangat banyak itu.

Bedanya, kalau cicak dan buaya hanyalah istilah untuk KPK dan Polri, yang bersitegang gara-gara isu suap miliaran rupiah. Sementara tokek harga jualnya
dikabarkan bisa mencapai Rp 5 miliar rupiah.

Karena tingginya harga seekor tokek, banyak masyarakat yang kepincut memburu tokek. "Harganya sangat tinggi. Lumayan buat nambah penghasilan," aku Faizal
Rachman, seorang bekas bandar tokek kepada detikcom.

Menurut Faizal, satu ekor tokek dengan berat 2 ons dihargai Rp 50 juta sampai Rp 100 juta. Kalau beratnya 3 ons - 4 ons bisa mencapai ratusan juta
rupiah. Harga tokek bisa mencapai miliaran rupiah jika beratnya mencapai di atas 1 kilogram.

Faizal sendiri pernah menjual seekor tokek seberat 4 ons dengan lebar empat jari tangan orang dewasa seharga Rp 900 juta. Uang itu kemudian ia belikan mobil
Honda Jazz untuk istrinya, dan sisanya ditabung. "Itu transaksi pertama saya pada akhir 2007. Yang beli orang Jepang. Dan dari situ saya kemudian mulai giat
mencari tokek," beber Faizal yang tinggal di perumahan elit Metro Pondok Indah, Jakarta.

Faizal, yang sehari-hari bekerja di divisi logistik, PT Medco Energy, mengatakan, mulai menggeluti bisnis tokek sejak 2007. Saat itu seorang kenalannya,
pengusaha pertambangan yang bernama Andi, mengatakan ada orang Jepang yang bernama Takeshi dan Himamura sedang mencari tokek.

Takeshi merupakan seorang peneliti di Jepang. Ia sangat membutuhkan tokek untuk bahan penelitiannya. Sementara Himamura merupakan utusan dari kekaisaran Jepang. Himamura mencari tokek untuk keperluan ritual di istana.

Himamura diketahui sebagai utusan kaisar Jepang, kata Faizal, lantaran saat pertemuan di Hotel Crowne, Jakarta, Himamura dikawal beberapa pejabat Kedubes
Indonesia di Jepang. Salah satu pejabat itu kemudian membisikan kalau Himamura merupakan kerabat keluarga Kaisar Akihito.

Di lingkungan kekaisaran Jepang, tokek punya kekuatan mistis dan magis. Kata Himamura kepada Faizal saat pertemuan di Crowne, reptil bersuara nyaring itu
diyakini merupakan reinkarnasi dari Naga, makhluk legenda yang selama ini dianggap sebagai perwujudan dewa. Itu sebabnya mereka rela membayar dengan harga
super tinggi untuk seekor tokek.

Harga yang begitu tinggi itulah yang membuat Faizal bersemangat memburu tokek. Untuk mencari tokek ia kemudian mengerahkan 10 anak buah untuk mengendus
keberadaan tokek dari rumah-rumah penduduk, yang ada di wilayah Pulau Jawa hingga Kalimantan.

Bika ada informasi tentang keberadaan tokek, anak buahnya langsung bergerak untuk menangkapnya. Ketika dilihat tokek itu sesuai dengan yang diinginkan,
yakni berat minimal 1,5 ons, pemilik rumah akan diberi uang Rp 1 juta sampai Rp 2 juta. Sementara untuk anak buahnya, Faizal akan membayar Rp 2 juta plus
persenan. Besarnya persenan tergantung harga tokek yang dibayar. Terkadang persenan yang diterima anak buahnya sebesar Rp 10 juta hingga Rp 20 juta.

Untuk menangkap seekor tokek, jelas Faisal, sebenaranya mudah saja. Alatnya pun cukup sederhana, yakni sebatang bambu yang telah dipotong tipis seukuran sapu lidi. Batang bambu itu kemudian diberi kail dan benang yang dilumuri lem. Untuk menarik perhatian tokek mata kail diberi serangga, seperti jangkrik.

Dengan penciumannya yang tajam, tokek akan segera keluar dari sarangnya dan menghampiri umpan yang diberikan. "Begitu tokek sudah melekat di benang yang
kita oleskan lem, baru bisa kita tangkap. Tapi harus menggunakan sarung tangan untuk menangkapnya," ujar Faizal.

Namun tidak selalu pemburuan tokek yang dilakukan Faizal berjalan mulus. Pernah suatu ketika ia harus tekor Rp 50 juta lantaran tertipu seorang warga yang
mengaku memiliki tokek. Kejadian itu terjadi awal 2009 lalu.

Saat itu, seorang warga di Cirebon mengaku memiliki 3 ekor tokek yang masing-masing beratnya mencapapai 1,5 kilogram. Untuk meyakinkan Faizal, si
penjual juga mengirimkan foto dan video tokek tersebut.

Melihat ukuran tokek yang besar Faizal langsung tertarik. Apalagi si penjual membandrol 3 ekor tokek hanya Rp 50 juta. Sementara pemesannya dari Jepang,
yakni Takeshi dan Himamura berani membayarnya hingga Rp 2 miliar untuk tiga ekor tokek berukuran jumbo tersebut.

Tapi sayangnya, untung besar yang diharap Faizal kandas di tengah jalan. Sebab ketika binatang itu tiba di Jakarta, di dalam karung hanya ada seekor tokek.
Sementara dua lainnya adalah biawak. Sialnya lagi, tokek semata wayang tersebut didapati sudah tidak bernyawa lagi.

"Saat di Cirebon kami hanya dibolehkan melihat dari atas. Alasan pemiliknya, bisa berbahaya jika tokeknya dikeluarkan. Tapi ternyata tokeknya cuma 1 yang
lainnya biawak," sesal Faizal.

Alhasil, tokek berukuran jumbo itu hanya bisa diair keras. Saat ini tokek yang diakui oleh penjualnya didapat dari dalam sebuah gua di Cirebon, sudah dibekukan dan menjadi pajangan di rumah temannya Faizal .

Faizal mengaku hanya mencari tokek berdasarkan pesanan Takeshi dan Himamura. Semua dilakukan berdasarkan kontrak kerja di atas materai. Dalam
perjanjian tersebut kedua orang Jepang itu menyatakan siap membeli tokek sesuai ukuran yang diminta dan Faizal diberi tugas menyediakan tokek.

Jenis tokek yang diminta, yakni Giant Keko dan Leoprad. Giant Keko merupakan jenis tokek yang punya berat maksimal bisa mencapai 1,5 kilogram. Sementara jenis Leopard, yang tubuhnya loreng-loreng merah.

Tapi sekarang Faizal mengaku sudah berhenti jadi pengepul tokek. Sebab belakangan, ukuran tokek yang diminta mitranya dari Jepang semakin besar, yakni
harus di atas 4 ons. Sedangkan Faizal merasa kesulitan untuk mendapatkan tokek berukuran jumbo tersebut. Alasan lainnya, ia dan keluarganya merasa khawatir
dengan kutukan tokek.

"Saya dan istri saya membaca artikel soal daya magis tokek dari internet. Istri saya sangat khawatir dia dan anak-anak saya jadi korban karena gen naga yang ada dalam diri tokek marah," tandas Faizal (Sumber : Detik.com)

Senin, 05 Oktober 2009

Nenek Moyang kita bukan KERA

Berikut berita saduran dari antaranews.com tentang asal usul kita, "katanya" :

Satu tim ilmuwan internasional pekan ini melaporkan bahwa kerangka manusia purba yang hidup 4,4 juta tahun lalu memperlihatkan manusia tak berevolusi dari nenek moyang mirip kera.

Penyelidikan selama 17 tahun tersebut mengenai temuan kerangka yang sangat rapuh, "kera darat" kecil, yang ditemukan di wilayah Afar, Ethiopia, dibeberkan di dalam jurnal "Science" terbitan Jumat (2/10).

Sebagaimana dilaporkan kantor berita China, Xinhua, jurnal itu juga berisi 11 berkas mengenai temuan tersebut.

Fosil itu, yang diberi nama panggilan "Ardi", adalah kerangka paling tua yang dikenal dari cabang manusia dari pohon keluarga primata. Cabang tersebut meliputi Homosapiens serta spesies yang lebih dekat dengan manusia dibandingkan dengan kera dan bonobo.

Temuan itu memberi pengertian baru mengenai bagaimana "hominid" --keluarga "kera besar" yang terdiri atas manusia, simpanse, gorila dan orang-utan-- mungkin telah muncul dari satu nenek moyang monyet.

Sampai ditemukannya "Ardi", tahap paling awal yang diketahui mengenai evolusi manusia adalah "Australopithecus", "manusia kera" yang berotak kecil dan sepenuhnya berkaki dua yang hidup antara empat juta dan satu juta tahun lalu.

Fosil "Australopithecus" yang paling terkenal adalah "Lucy", yang berumur dari 3,2 juta tahun, yang namaya diambil dari lagu Beatles "Lucy in the Sky with Diamonds". "Lucy" ditemukan pada 1974 di tempat sekitar 45 mil dari tempat "Ardi" belakangan ditemukan.

Kerangka "Ardi" dan kerangka "Ardipithecus ramidus", yang berkaitan, lebih tua dan lebih primitif dibandingkan dengan "Australopithecus".

Setelah temuan "Lucy", ada perkiraan bahwa ketika kerangka "hominid" terdahulu ditemukan, semua itu akan berkumpul jadi anatomi mirip simpanse, berdasarkan kesamaan genetika manusia dan kera. Namun fosil "Ardipithecus ramidus" tidak mendukung dugaan itu.

Kerangka "Ardi" cukup lengkap --tengkorak, gigi, tulang panggul, kaki, paha, lengan dan tangan-- untuk memperkirakan tinggi dan berat tubuhnya. "Ardi" berjalan dengan dua kaki di tanah, tapi memanjat pohon dan juga menghabiskan waktu mereka di sana, dan barangkali adalah pemangsa segala.

Sesuatu yang mengejutkan ialah "Ardi" dan temannya tidak memiliki bagian tubuh seperti kera atau gorila, tapi lebih mirip dengan kera yang punah atau bahkan monyet, dan kedua tangannya juga tidak mirip tangan simpanse atau gorila, tapi lebih berkaitan dengan kera yang punah sebelumnya.

Banyak ilmuwan mengatakan temuan itu menunjukkan bahwa "hominid" dan kera afrika, masing-masing, memiliki jalur evolusi yang berbeda, dan "kita tak lagi dapt menganggap kera sebagai `wali` bagi nenek moyang terakhir bersama kita".

"Temuan (Charles) Darwin sangat bijaksana mengenai masalah ini," kata Tim White dari University of California Berkeley, yang membantu memimpin tim penelitian tersebut.

"Darwin mengatakan kita harus benar-benar berhati-hati. Satu-satunya cara kita akan mengetahui seperti apa nenek moyang terakhir bersama ini dan menemukannya. Yah, pada 4,4 juta tahun lalu, kita menemukan sesuatu yang sangat dekat dengan itu. Dan, persis seperti Darwin menghargai evolusi garis kera dan garis manusia telah berjalan secara terpisah sejak jalur itu terpisah, sejak nenek moyang terakhri bersama yang kita miliki," kata White (Sumber : antaranews.com)