Selasa, 11 Mei 2010

LNG DONGGI-SENORO LUWUK-BANGGAI UPDATE NEWS 12 MEI 2010

Pengembang hulu proyek Donggi Senoro akan segera mengebor 40 sumur baru di lapangan Senoro dan Matindok, setelah kelanjutan proyek ini diputuskan.

Berdasarkan rencana pengembangan (Plan of Development) yang sudah disetujui BP Migas, ke-40 sumur yang akan dibor itu terdiri dari 21 sumur berada di lapangan Senoro dan 19 sumur di lapangan Matindok.

Hal itu disampaikan Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas (BP Migas), Agus Suryono usai diskusi bertemakan Menanti Keputusan dan Transparansi Proyek Gas Donggi Senoro di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, Selasa (11/5/2010).

"Sebelumnya mereka sudah mengebor lima sumur yang terdiri dari tiga sumur di Senoro dan dua sumur di Matindok," katanya.

Menurut Agus, dari 21 sumur yang berada di lapangan Senoro diharapkan akan menghasilkan gas sebesar 230 juta kaki kubik (million standard cubic feet per day (MMSCFD), dengan biaya investasi diperkirakan sebesar US$ 245 juta. Sementara dari lapangan Matindok sebanyak 56 MMSCFD hingga 95 MMSCFD, dengan investasi sekitar US$ 789 juta.

"Itu di luar dari lima sumur yang telah dibor sebelumnya," jelasnya.

Namun Agus menyatakan rencana pengeboran tersebut mungkin saja berubah disesuaikan dengan jumlah yang butuhkan untuk memenuhi alokasi gas yang sudah ditetapkan pemerintah.

"Kalau seluruh sumur dibor dan gas yang dihasilkan masih kurang, maka bisa saja dibor sumur tambahan" katanya.

Blok Senoro dimiliki PT Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi dan PT Medco Tomori dengan saham masing-masing 50 persen. Sedang, Matindok dimiliki PT Pertamina EP sebesar 100 persen.

Seperti diketahui, Proyek Donggi Senoro menjadi terkatung-katung karena adanya keputusan pemerintah dalam rapat yang dipimpin Wakil Presiden yang saat itu dijabat Jusuf Kalla yang memutuskan gas Senoro hanya untuk domestik.

Padahal sebelumnya, pengembang proyek ini yaitu Konsorsium Donggi-Senoro (DS) LNG yang terdiri dari Pertamina, Medco dan Mitsubishi telah menyepakati Head oF Agreement (HoA) jual beli gas dengan Chubu Electric Power Co Inc dan Kansai Electric Power Co Inc masing-masing sebesar 1 juta Metric Ton per tahun selama 15 tahun.

Belum diputuskannya soal alokasi gas ini, membuat Kansai mundur dari niatnya sebagai pembeli. Konsorsium pun mencari penggantinya yaitu Kyushu Electric Power Co Inc, Korean Gas Corp (Kogas).

Beberapa waktu lalu, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengaku sudah mengirimkan surat resmi kepada Wakil Presiden Boediono mengenai rekomendasi alokasi gas Donggi-Senoro. Isinya merekomendasikan kombinasi domestik dan ekspor untuk alokasi gas tersebut.

Surat resmi bernomor S-36/M.EKON/03/2010 kepada Wapres Boediono tanggal 8 Maret 2010 yang menyatakan pihaknya setuju dengan usulan Menteri ESDM Darwin Saleh yakni pengembangan gas Senoro menggunakan opsi kombinasi ekspor dan domestik untuk kebutuhan industri pupuk dan PLN.

Opsi tersebut, sudah didukung hasil kajian independen Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI ITB) sesuai arahan Wapres. Dalam kajiannya, LAPI ITB menyarankan gas Senoro dikembangkan dengan skenario ekspor LNG sebesar 335 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan pemakaian dalam negeri bagi PT Pusri 60 MMSCFD dan PT PLN 30 MMSCFD.

Menurut Hatta harus ada kombinasi ekspor dan domestik untuk gas Senoro adalah karena pada tahun 2014 di saat gas Senoro mulai berproduksi, pasar gas internasional akan banjir pasokan terutama dari Qatar. Dengan telah disampaikannya rekomendasi tersebut, maka keputusan alokasi gas dari lapangan Senoro tinggal menunggu persetujuan Wapres (Sumber : Detik.com).

Selasa, 04 Mei 2010

LNG DONGGI-SENORO LUWUK-BANGGAI DIPUTUSKAN JUNI 2010

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pertambangan, industri strategis, energi dan telekomunikasi (PISET) berharap penyelesaian pembelian gas Donggi-Senoro bisa cepat selesai. Namun segala keputusan memang diserahkan kepada Kementerian Energi, Sumber Daya dan Mineral (ESDM).

"Kami inginnya agar cepat selesai. Menko kan bilang kalau sudah di Wapres, tapi itu kebijakan lebih di ESDM," jelas Deputi PISET Kementerian BUMN, Sahala Lumangaol saat ditemui di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (4/5/2010).

Pertamina, salah satu BUMN terbesar di Indonesia, yang menjadi peserta konsorsium, bersama Medco dan Mitsubishi dari Donggi Senoro (DS LNG) sendiri masih menunggu keputusan pemerintah soal kelanjutan proyek itu.

Tiga calon pembeli gas Donggi-Senoro bahkan mengancam mundur dalam pembelian gas yang dihasilkan dari lapangan Senoro Matindok, jika pemerintah tidak segera memberikan keputusan soal kelanjutan proyek tersebut.

Ketiga calon pembeli tersebut memberi tenggat waktu hingga bulan Juni kepada pemerintah untuk memutuskan soal ini. Saat ini Konsorsium DS LNG sendiri masih menunggu keputusan pemerintah soal kelanjutan proyek itu.

Seperti diketahui, Konsorsium DS LNG telah mengantongi tiga calon pembeli gas yang akan dihasilkan dari lapangan Senoro Matindok. Ketiga calon pembeli tersebut yaitu Kyushu Electric Power Co Inc, Korean Gas Corp (Kogas), dan Chubu Electric Power.

Proyek Donggi-Senoro menjadi terbengkalai lantaran adanya keputusan pemerintah dalam rapat yang dipimpin Wakil Presiden yang saat itu dipegang Jusuf Kalla memutuskan gas Senoro hanya untuk domestik.

Padahal sebelumnya, pengembang proyek ini yaitu Konsorsium DS LNG telah menyepakati Head oF Agreement (HoA) jual beli gas dengan Chubu Electric Power Co Inc dan Kansai Electric Power Co Inc masing-masing sebesar 1 juta Metric Ton per tahun selama 15 tahun.

Keputusan soal alokasi gas untuk proyek ini pun tertunda-tunda karena adanya tarik menarik antara ekspor dan domestik. "Masih belum, ekspor berapa impor berapa. Belum diputuskan," tambah Sahala (SUMBER : DETIK.COM).