Jumat, 26 November 2010

Stabilisasi tanah mengembang dengan batu kapur

ABSTRAK
Penggunaan batu kapur untuk memodifikasi tanah dengan membandingkan sifat-sifat fisik, kekuatan, compressibility, swelling potential ternyata mengindikasikan bahwa bahan tambahan batu kapur dapat meningkatkan valensi (ikatan) antar partikel-partikel, menurunkan plastisitas, mereduksi swelling potential dan compressibility dengan cukup signifikan, mengurangi water absorption potential dan memodifikasi soil fabric (Dengan menggunakan SEM : Scanning Electron Microscope).
LATAR BELAKANG
Karena kondisi tanah yang kurang ideal terlebih pada tanah mengembang maka stabilisasi atau modifikasi tanah dengan menggunakan zat aditiv seperti semen, batu kapur atau fly ash. Batu kapur menjadi pilihan yang cukup ekonomis karena cukup tersedia dengan harga yang relative murah dan secara teknis dapat mengurangi plastisitas, dispersi dan kemungkinan perubahan volume. Batu kapur juga dapat meningkatkan ukuran partikel, permeabilitas dan kekuatan tanah.
MATERIAL
Lempung mengembang (Expansive clay) : Diambil pada kedalaman ± 1.5m.
Batu kapur : Hydrated lime.
METODOLOGI
Komposisi kandungan kapur yang diteliti adalah 3, 5 dan 7 % dari berat kering tanah lempung. Spesimen kemudian dipadatkan dengan standard proctor untuk mencapai kadar air optimum, kemudian dites dengan tes standar laboratorium mekanika tanah seperti indeks, batas-batas atterberg dan unconfined compressive strength test.

HASIL DAN KESIMPULAN
Expansive clay yang telah dicampur dengan kapur menunjukkan penurunan liquid limit dan meningkatkan plastic limit yang disebabkan karena reaksi antara struktur partikel kapur dan tanah yaitu terjadi flokulasi yang lebih baik.
Karena sifat-sifat tanah antara lain kompresibilitas, potensial perubahan volume, permeability dan compressive strength sangat dipengaruhi oleh kadar air dan kepadatan tanah pada waktu dipadatkan maka pemadatan diusahakan sedemikian rupa untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Campuran tanah dan kapur akan mereduksi berat kering dan meningkatkan kadar air optimum. Pada tes UCS sangat terlihat bahwa factor waktu sangat mengambil bagian, pada t=0 maka kekuatan unconfined relatif sama dengan tanah asli tetapi seiring dengan berjalan curing time (Waktu yang diperlukan oleh partikel fabric tanah dan kapur untuk bereaksi) maka kekuatan unconfined akan signifikan meningkat. Indeks kompresi, indeks swelling dan swelling pressure juga signifikan direduksi.
Dengan SEM dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya kandungan kapur maka semakin membentuk agregasi, flokulasi dan kristalisasi pada struktur tanah dan kapur tersebut dan membuat tanah akan semakin kuat.
KOMENTAR DAN PERTANYAAN
1. Perlu diadakan penelitian tentang jenis-jenis limestone yang lain sesuai dengan ketersediaan didaerah masing-masing.
2. Perlu diteliti lagi untuk mempercepat curing time yang lebih minimal.

Metode Dewatering untuk menstabilkan lereng


ABSTRAK
Paper ini mencakup prilaku geological dan geotechnical pada sebuah lereng di sebuah penggalian tambang batubara (Lignite) opencast di barat laut Spanyol. Termasuk didalamnya studi mengenai hydrogeological, batuan, folds and faults. Yang pasti bahwa lereng tersebut akan tidak stabil tanpa pengurangan tekanan air pada massa batuannya.
LATAR BELAKANG
Tekanan air (Fissure water pressure) yang ada pada daerah lereng di daerah tambang akan menyebabkan masalah kestabilan yang serius termasuk mengurangi kekuatan efektif dan meningkatkan berat unit tanah. Beberapa metode dewatering yang sering digunakan yaitu antara lain surface drains, horizontal drains, pumping wells, backfilled toe drain trenches atau yang lainnya. Sedangkan metode apa yang paling sesuai akan sangat ditentukan oleh kondisi geologi dan hidrogeologi area tambang, luasan area dewatering, metode kerja penambangan dan masalah ketersediaan finansial.
FORMASI GEOLOGI. 
1.Tertiary and Alluvial sediments : Dengan kedalaman 0 - 25m, terdiri dari mayoritas lignite, carbonaceous clay, clay (Lempung), marly sand dan basal konglomerat
2. Palezoic rocks : Terdiri dari kristalin mono-metamorfik dan poly-metamorfik yang sangat terpengaruh dengan proses-proses patahan dan lipatan sehingga memberikan struktur yang sangat komplex.     
METODE PERBAIKAN TANAH
Massa batuan pada area ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain : Palezoic formation yang dipengaruhi oleh patahan, lipatan, dan pelapukan yang dianggap mempengaruhi kekuatan batuan dan tentang lapisan tertiary deposits yang adalah laisan muda juga permasalahan bahwa kedua lapisan utama tersebut jenuh air sehingga memberikan tekanan air yang besar dan memperkecil kekuatan efektif. Persoalan utama pada studi untuk mengatasi mengalirnya air bawah tanah ke daerah eskavasi tambang yang akan menyebabkan ketidakstabilan. Teknik dewatering yang ditinjau untuk diteliti adalah : Surface drains, Vertical pumping wells dan Horizintal drains. Selain itu langkah-langkah dalam penelitian ini meliputi studi mengenai curah hujan rata-rata dalam 20 tahun, studi mengenai pola aliran air permukaan dan studi tentang pengaliran air bawah tanah.
HASIL DAN KESIMPULAN
Curah hujan tertinggi dalam 1 hari (24 jam) disimpulkan dari hasil penelitian adalah 113mm dan dalam 1 jam sebesar 18mm. Maksimum run-off dalam 24 jam adalah 15.8 m/s dan total untuk seluruh daerah tambang adalah 260 m/s, dan bila dibandingkan dengan maksimum run-off yang tercatat pada kanal di daerah tambang adalah 1 m3/s/km2.
Maka setelah meneliti banyak faktor disimpulkan bahwa :
1. Teknik surface drains efektif untuk mengatasi infiltrasi air permukaan ke area opencast.
2. Teknik pumping wells efektif untuk menurunkan tekanan air pada formasi Paleozoic rock.   
3. Teknik horizontal drains cukup efektif untuk menurunkan tekanan air pada formasi lignite dan patahan batuan namun cukup beresiko mengalami cut-off karena slip di daerah failure zone.
Maka dapat dikatakan bahwa teknik surface drains adalah metode dewatering yang cocok untuk tertiary dan alluvial sediments dan teknik pumping wells cocok untuk palezoic rocks

Jumat, 12 November 2010

POSO DAN MOROWALI TIDAK PERLU MASUK SULTIM

Berita ini sangat positif yaitu sebenarnya Poso dan Morowali tidak masuk dalam skema RUU SULTIM yang sekarang di DPR. Meskipun kita harus sadar bahwa pemekaran BANGGAI LAUT dan MOROWALI UTARA adalah suatu keharusan dimana bagian kita adalah mempercepat proses legislasi RUU BANGGAI LAUT, MOROWALI UTARA dan SULTIM yaitu tetap menjadikan 1) Luwuk DAMAI, AMAN, dan terbuka untuk INVESTASI 2) Untuk LSM , Pribadi-pribadi, KONSULTAN "Anak DAERAH" didalam atau diluar BABASAL harus mempengaruhi opini bahwa SULTIM layak dimekarkan dan BABASAL sebagai daerah INVESTASI, BISNIS, PENDIDIKAN, SDA, SDA Minyak Bumi dan Gas sangat LAYAK menjadi daerah IBUKOTA Sultim. 3) Pilih Gubernur-Wakil 2011 yang pro SULTIM. 4) Pilih Presiden-Wakil 2014 yang Pro Pemekaran daerah (Daerah yang LAYAK).

Berita terkait :
Di tengah tarik menarik kepentingan rencana pembentukan Provinsi Sultim, pejabat Depdagri, Direktur Penataan Daerah dan Otonomi Daerah Khusus, Dr Soni M Sumarsono, memberikan usulan menarik.
Menurutnya, Kabupaten Poso dan Morowali tidak perlu masuk di wilayah Sultim. Namun Kabupaten Morowali Utara yang usulannnya sudah berada di Kemendagri harus tetap masuk dalam  desain pembentukan Provinsi Sultim.

Soni mengungkapkan, pembentukan Provinsi Sultim adalah hal yang mutlak namun tidak sekarang. ‘’Mungkin nanti sekitar tahun 2020 sekian. Jangan sekarang dulu,’’ kata Soni yang tampil mewakili Mendagri Gamawan Fauzi pada Raker Gubernur/Walikota di Palu – Sulawesi Tengah.
‘’Tapi  ini masih pemikiran kami, bukan produk atau kebijakan resmi Kementerian Dalam Negeri,’’ ujarnya.

Rencana pembentukan Provinsi Sultim yang terus diperjuangkan, masih menemui berbagai kendala serius. Statusnya masih dalam proses formulasi nasional. Ini karena masih terkendala pada grand desain sehingga memerlukan kajian yang mendalam (dari berbagai SUMBER).