Kamis, 08 Agustus 2013

DONGGI SENORO (Tanah BABASAL): Tempatkan Investasi PMA Sulteng Posisi 6 Nasional

Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) Sulawesi Tengah pada triwulan I/2013 menempati urutan keenam nasional dengan nilai mencapai US$517 juta.

Nilai investasi itu lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar US$1,1 juta, ditopang oleh proyek kilang gas alam cair (LNG) PT Donggi Senoro LNG di Desa Uso, Kabupaten Banggai dengan persentase sebesar 96,12% dari 14 proyek.

Kepala Humas Kantor Bank Indonesia Perwakilan Sulteng Hasudungan Paulangka Siburian mengatakan Sulteng sebagai daerah yang memiliki potensi ekonomi tinggi, juga tidak luput dari bidikan para investor.

“Realisasi pembangunan proyek kilang gas alam cair (LNG) PT Donggi Senoro LNG di Desa Uso, Kabupaten Banggai, Sulteng hingga akhir Februari 2013 telah mencapai 57%,” kata Hasudungan, Senin (13/5/2013).

Konstruksi kilang LNG yang dimulai sejak Januari 2011 ini, direncanakan memakan waktu 48 bulan dengan pengiriman LNG pertama diproyeksi mulai akhir 2014.

Proyek LNG Donggi-Senoro dibentuk oleh tiga anggota konsorsium, yaitu Pertamina (29%), Medco (20%) dan Mitsubishi Jepang (51%) dengan nama PT Donggi Senoro LNG yang tertuang dalam gas sales agreement (GSA) pada 22 Januari 2009 dengan cakupan perjanjian tentang kombinasi ekspor dan domestik dalam pengalokasian gas.

“Proyek ini dikembangkan dengan pola pengembangan hilir (downstream) dan tidak dijamin oleh pemerintah. Dalam hal ini, 100% biaya proyek ditanggung oleh investor,” ungkapnya.

Menurutnya, proyek pengembangan gas Senoro terdiri dari pembangunan kilang senilai US$2,8 miliar yang dilakukan PT Donggi-Senoro LNG (DS LNG), pengeboran di Blok Senoro-Toili US$600 juta dan Blok Matindok US$275 juta.

Dia menyebutkan cadangan LNG Donggi- Senoro sebesar 2,3 triliun kaki kubik, sedang kapasitas produksinya 2 juta ton per tahun.

PT DS LNG telah menandatangani perjanjian jual beli LNG dengan 3 pembeli selama 13 tahun, sejak mulai beroperasinya kilang pada 2014.

Ketiga perusahaan tersebut adalah Chubu Electric Power Co Inc (Jepang) dengan volume 1 juta ton per tahun, Kyushu Electric Power Co Inc (Jepang) 300.000 ton per tahun dan Korea Gas Corporation (Kogas) 700.000 ton per tahun.

Proyek pengembangan gas Senoro mencakup pengembangan gas di Blok Senoro-Toili yang dikelola oleh Join Operating Body (JOB) Pertamina-Medco dan area Matindok yang dioperasikan Pertamina.

Gas dari kedua lapangan tersebut kemudian diolah menjadi gas alam cair di Kilang Donggi-Senoro.

Proyek Donggi-Senoro merupakan proyek pengembangan gas alam cair pertama di Indonesia yang menggunakan skema hilir.

Proyek gas DS LNG merupakan salah satu kegiatan utama koridor Sulawesi dalam Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Sesuai kesepakatan antara pemerintah dengan konsorsium Pertamina-Medco-Mitsubishi, maka sebanyak 75% gas yang diolah DS LNG sebagai operator kilang dialokasikan untuk ekspor dan 25% sisanya untuk kebutuhan pembangkit listrik dan pupuk. (Sumber : http://www.bisnis.com)

Salah satu posisi tawar BABASAL untuk SULTIM, yang penting harus sabar, tetap jaga daerah kondusif, aman, jangan anarkis karena waktu itu akan tiba.

Proyek Gas Donggi Senoro (Tanah BABASAL) Topang Investasi Sulteng

Bank Indonesia mencatat investasi gas alam cair Donggi Senoro mendominasi penanaman modal asing (PMA) di Sulawesi Tengah (Sulteng) dengan persentase sebesar 96 persen pada triwulan I 2013.

Pejabat Humas Bank Indonesia Perwakilan Sulteng, Hasudungan, di Palu, Selasa (14/5/2013), menyebutkan pada triwulan I 2013 realisasi investasi PMA mencapai 516,80 juta dolar AS, atau jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 1,1 juta dolar AS.

Kondisi tersebut menempatkan Sulawesi Tengah di urutan ke enam secara nasional dilihat dari nominal investasi PMA. Sedangkan urutan pertama ditempati Jawa Barat dengan nilai investasi mencapai 1,3 miliar dolar AS.

Sementara itu realisasi pembangunan proyek kilang gas PT. Donggi Senoro LNG di Desa Uso, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, hingga akhir Februari telah mencapai 57 persen.

Konstruksi kilang LNG yang dimulai sejak Januari 2011 itu direncanakan akan memakan waktu 48 bulan, dengan pengiriman gas pertama direncanakan mulai akhir 2014.

Proyek LNG Donggi Senoro dibentuk oleh tiga anggota konsorsium yaitu Pertamina (29 persen), Medco (20 persen), dan Mitsubishi Jepang (51 persen) dengan nama PT. Donggi Senoro LNG yang tertuang dalam perjanjian penjualan gas pada tanggal 22 Januari 2009.

Hasudungan mengatakan proyek tersebut dikembangkan dengan pola pengembangan hilir (downstream) dan tidak dijamin oleh pemerintah.

"Dalam hal ini 100 persen biaya proyek ditanggung oleh investor itu sendiri," katanya.

Proyek pengembangan gas Senoro terdiri dari pembangunan kilang senilai 2,8 miliar dolar AS yang dilakukan PT Donggi Senoro LNG (DS LNG), pengeboran di blok Senoro-Toili sebesar 600 juta dolar AS, dan blok Matindok 275 juta dolar AS.

Sementara itu cadangan gas Donggi-Senoro sebesar 2,3 triliun kaki kubik, sedangkan kapasitas produksinya 2 juta ton per tahun.

PT DS LNG juga telah menandatangani perjanjian jual-beli LNG dengan tiga pembeli selama 13 tahun ketika mulai beroperasi kilang sejak 2014.

Ketiga perusahaan tersebut adalah Chubu Electric Power Co Inc (Jepang) dengan volume satu juta ton per tahun, Kyushu Electric Power Co Inc (Jepang) dengan volume 300 ribu ton per tahun, dan Korea Gas Corporation (Kogas) 700 ribu ton per tahun. (Sumber : http://wartaekonomi.co.id)

Salah satu posisi tawar BABASAL untuk SULTIM, yang penting harus sabar, tetap jaga daerah kondusif, aman, jangan anarkis karena waktu itu akan tiba.

Pemekaran SULTIM kandas atau tertunda ?

Akibat tidak serinya Forum Percepatan Pemekeran Provinsi (FP3) Sulawesi Timur (Sultim), membuat harapan besar masyarakat di wilayah Timur Sulawesi Tengah (Sulteng), untuk membentuk Daerah otonomi Baru (DOB) akhirnya kandas ditengah jalan.

Terbukti, pada pembahahasan DOB di tingkat Komisi II Dewan Perwakilan rakyat (DPR RI) yang digelar. Kamis (11/07/2013) lalu, FP3 Sultim belum dapat  melengkapi persyaratan sesuai permintaan yang diamanahkan oleh Undang-Undang.

Pernyataan tersebut diungkapkan anggota komisi II DPR RI, Murad U Nasir, ditemui satusulteng.com di kediamannya belum lama ini. Murad U Nasir mengatakan, hal itu membuat pembahasan Provinsi Sultim terpaksa dikeluarkan dari ke-28 pembahasan DOB yang sementara digodok Komisi II DPR RI.

“Pembahasan DOB Sultim ditunda, kalau kemarin Sultim masuk dalam pembahasan 28 DOB, tapi sekarang sudah dikeluarkan karena persyaratan belum terpenuhi,” ungkap Murad U Nasir.

Lebih lanjut mantan Ketua DPRD Sulteng tersebut mengatakan, saat ini yang masuk dalam pembahasan  calon DOB adalah daerah  yang baru berjuang antara lain, Provinsi kepulauan Talaut Sulawesi Utara dan Provinsi Bolaang Mongondow Raya.

Politisi senayang asal Partai berlambang beringin itu berharap agar masyarakat Sultim bersikap kritis atas hal itu dan menanyakan kinerja FP3 Sultim selama ini. Karena selama ini perjuangan panjang yang dilakukan masyarakat Sultim selama ini hanya sia-sia dan tidak membuahkan hasil yang memuaskan, disebabkan oleh ketidak seriusan FP3 Sultim.

“Intinya FP3 tidak serius, kalau serius sudah lama Sultim mekar, saya harap masyarakat kita bersikap kritis atas hal ini,” pungkasnya.

Bukti ketidak seriusan FP3 Sultim itu kata Murad U Nasir, terlihat hingga saat ini belum ada rekomendasi yang dikeluarkan oleh gubernur dan DPRD Sulteng. Seharusnya FP3 Sultim melakukan pendekatan kepada Gubernur, DPRD tingkat I dan II , serta Pemerintah Daerah  (Pemda) Kabupaten yang masuk dalam lingkup Sultim agar bisa bekerja komprihensif guna melengkapi persyaratan pemekaran (Sumber : http://www.satusulteng.com).

Yang paling esensi adalah harus sabar, tetap berjuang lagi, jaga agar daerah BABASAL dan daerah Sultim lainnya tetap kondusif karena kita memiliki potensi SDA Gas dan Minyak yang akan menopang Sulteng, posisi tawar tetap tinggi karena daerah strategis karena itu atur strategi lagi dan evaluasi kembali.