METODE PENELITIAN
Pendahuluan
Metode penelitian pada tesis ini memanfaatkan data-data penyelidikan
geoteknik pada beberapa lokasi di daerah Porong-Sidoarjo yang melingkupi
beberapa proyek-proyek yaitu :
Ø Relokasi infrastruktur jalan arteri raya, Porong-Sidoarjo.
Ø Relokasi jalan arteri raya, Porong-Siring Paket II, Porong-Sidoarjo.
Ø Relokasi jalan arteri Siring Paket I, Porong-Sidoarjo.
Ø Relokasi jalan tol Porong-Gempol, Porong-Sidoarjo.
Ø Jembatan Kebon Agung, Porong-Sidoarjo.
Ø Pondasi Crane Pabrik Gula Kremboong, Porong-Sidoarjo.
Penyelidikan geoteknik yang dilakukan pada
proyek-proyek tersebut diatas meliputi :
Ø Pemboran tanah/geoteknik termasuk uji tes pit dan pengambilan
contoh tanah tak terganggu (UDS).
Ø Uji SPT atau tes penetrasi standar.
Ø Uji CPT atau uji sondir dan Uji CPTu atau Piezocone.
Selain itu terdapat data sekunder dari uji
SBPMT (Self Boring Pressuremeter Test) yang juga dipertimbangkan sebagai
data tambahan. Pengujian untuk contoh tanah tak terganggu termasuk uji index
properties, uji konsolidasi (Oedometer) dan uji triaxial uu.
Tabel 3.1 dibawah menjabarkan sebaran lokasi penyelidikan geoteknik.
Uji di
Lapangan
Metode
Pemboran Geoteknik dan Uji SPT
Metode pemboran geoteknik dilaksanakan dengan
mengunakan mesin bor sesuai dengan standar ASTM D1452 dan juga SNI 03-6802-2002,
dengan menggunakan sebuah mesin pompa air, dan dilengkapi juga dengan sebuah
mesin diesel penggerak. Metode pemboran yaitu metode dry coring dengan bit
mata bor dengan menggunakan single core barrel berdiameter 76 mm dan untuk mencegah
kemungkinan kelongsoran pada dinding lubang bor maka digunakan casing
dengan berdiameter 89 mm.
Pengambilan
UDS
Metode pengambilan contoh tanah dengan
menggunakan metode shelby tube dengan standar ASTM D1587 yaitu berupa
tabung thin wall sampler tube dengan diameter luar 60-63 cm dan panjang tabung 60 cm yang ditekan ke dalam
massa tanah. Adalah disayangkan bahwa pengambilan contoh tanah tidak dilakukan
dengan menggunakan metode yang lebih sesuai untuk tanah-tanah lempung yang
lunak seperti metode piston sampling.
Uji
Sondir/CPT dan CPTu
Uji CPT dan CPTu dilakukan dengan menggunakan
standar ASTM D3441-79, ASTM D5778 dan juga SNI 03-2827-1992 dengan luas selimut
150 cm2 dan kecepatan penetrasi ± 2 cm/detik. Parameter langsung
yang didapat adalah qc dan fs (CPT) dan parameter u2
(CPTu). Uji CPTu dianggap akan lebih handal untuk melakukan karaterisasi
pada tanah lempung lunak atau sangat lunak karena kemampuannya yang akan
meminimalkan gangguan dalam proses tesnya namun yang juga perlu diperhatikan
adalah kualitas data yang dihasilkan.
Pada uji CPTu, pembacaaan tekanan air pori
adalah sangat penting terlebih pada tanah lunak maka sensor tekanan air pori
harus berfungsi baik. Maka untuk menghasilkan tekanan air pori dengan kualitas
data yang handal, filter (Ceramic atau batu pori) harus dalam
keadaan jenuh. Penjenuhannya umumnya dilakukan dengan meredam filter ke
dalam cairan yang tidak berudara (De-aired liquid) minimal 1 hari atau
dengan merendam filter ke dalam air dan memanaskannya bersama-sama
selama ± 15 menit. Tujuan dari proses ini yaitu agar cairan mendesak udara pada
rongga-rongga filter untuk ke luar dari filter dan membuat filter
menjadi jenuh. Setelah jenuh maka filter akan dipasang pada konus dan
untuk menjaga tingkat kejenuhannya jangan berkurang maka ujung konus akan
ditutupi dengan membran
Selain itu juga, kejenuhan batu pori atau filter
dapat berkurang jika konus dipenetrasi pada lapisan yang sangat permeabel
misalnya lapisan pasir. Pada keadaan ini dapat dilakukan 2 hal yaitu :
melakukan preboring untuk menembus lapisan tersebut atau melakukan
penjenuhan kembali setelah menembus lapisan yang permeabel itu.
Salah satu keunggulan utama dari CPTu adalah
kemampuannya untuk mengukur besarnya tekanan air pori selama dipenetrasi dan
juga dapat merekam perubahan tekanan air pori terhadap waktu pada kedalaman
tertentu (Uji disipasi). Pada uji ini, perubahan tekanan air pori atau proses
disipasi dibiarkan terjadi sampai tekanan air pori yang terekam itu mendekati
tekanan air pori hidrostatik atau 50% tekanan air pori telah terdisipasi. Gambar
3.3 menunjukkan tipikal uji CPT/CPTu.
Tes Pit
Dilakukan dengan membuat galian dangkal dengan
kedalaman (± 3-4m) dengan dimensi tertentu (± 2 x 2m) yang membolehkan
dilakukan pengambilan contoh tanah box sample dan ruangan yang cukup
untuk identifikasi visual jenis tanah.
SBPMT
(CAMBRIDGE SBPMT)
Data tambahan yang digunakan adalah hasil Uji
PMT (ASTM D4719) yaitu uji SBPMT atau Self Boring PMT tipe Cambridge SMPMT. Alat ini dikembangkan awalnya di Prancis pada
tahun 1967, lalu di Inggris pada tahun 1972 dan mulai diproduksi pada tahun
1975 dengan memiliki diameter ± 84
mm, panjang membran ± 1 m dengan bagian yang bisa
dikembangkan sepanjang 500 mm.
Kapasitas alat sebesar 4.5 – 10 MPa.
Hal-hal penting yang adalah prosedur pengujian,
mekanisme pengembangan Cambridge SBPMT, metode interpretasi dan prosedur
pemboran. Data dan interpretasi hasil SBPMT yang dipakai adalah data tesis Ade
T. Gumilar (Wisnu Yoga Brotodihardjo) pada tahu 2001 yang juga berlokasi di
daerah Sidoarjo.
Salah satu yang sangat penting pada proses uji
Cambridge SBPMT adalah metode pemboran yang harus seminimal mungkin memberikan
gangguan pada terhadap tanah disekitarnya apalagi pemboran pada tanah lunak.
Uji di
Laboratorium
Uji di laboratorium bertujuan untuk mengetahui
sifat-sifat indeks dan sifat-sifat geoteknik (Mekanis) dari contoh tanah tak
terganggu yang didapatkan dari hasil pemboran geoteknik. Pengujian di
laboratorium meliputi uji-uji dibawah ini :
Berat Jenis
Tanah
Uji specific gravity dilakukan dengan
standar ASTM D854 dan SNI 03-1964-1990 bertujuan mendapatkan tipikal berat
spesifik dari massa tanah, yang didapatkan dari nilai perbandingan antara berat
satuan butiran tanah dengan berat satuan air.
Kadar Air
Alami
Uji dilakukan dengan standar ASTM D2116 dan SNI
03-1965-1990 bertujuan untuk mengetahui kandungan air atau persentasi kandungan
air dalam massa tanah.
3.3.3. Berat
Volome Tanah
Bertujuan untuk mendapatkan berat isi tanah
atau unit weight tanah dengan standar ASTM C29 dan SNI 03-3637-1994 yang
akan dipakai dalam semua perhitungan analisa geoteknik
3.3.4. Batas-batas
Atterberg
Dilakukan dengan standar ASTM D423, ASTM D424
dan SNI 03-1996-1990 untuk mendapatkan LL dan PL yang akan digunakan didalam
banyak rumus empiris dalam menentukan prilaku tanah.
Analisa
Butiran
Grain size distribution dilakukan dengan standar ASTM D421 dan ASTM D422 bertujuan untuk
mengetahui persentasi ukuran butiran tanah yang sesuai dengan klasifikasi
jenis-jenis tanah yang ada.
Uji Triaxial
UU
Uji dilakukan engan standar ASTM D2850 dengan
tujuan untuk mendapatkan kuat geser tanah tak terdrainase yaitu kohesi atau c
dan Ф (Total stress).
Uji
Konsolidasi
Uji ini dilakukan dengan standar ASTM D2435
pada tanah lempung dengan alat oedometer dengan dasar teori konsolidasi 1
dimensi dari Terzaghi. Uji ini akan menghasilkan parameter tekanan
prakonsolidasi, riwayat tegangan atau OCR, koefisien konsolidasi arah vertikal
atau cv dan koefisien kemampatan tanah atau mv.
Korelasi
Empiris
Pada penelitian ini dilakukan karaterisasi
tanah lempung lunak dari hasil uji di laboratorium yaitu mencari hubungan
antara parameter-parameter tanah seperti PI vs su/σv0’,
LL vs wn LL vs Cc, LL vs Cv, LI vs su,
LI vs su/σv0’, OCR
vs su/σv0’.Salah satu yang utama yaitu korelasi antara
OCR vs kedalaman dan su/σv0’ vs kedalaman.
Dari hasil uji laboratorium juga akan dicari
korelasi dengan menggunakan teknik statistik yaitu dengan mencari hubungan regresi
antara 2 parameter su/σv0’ dan OCR dalam skala logaritma
vs logaritma.
Salah satu nilai pengontrol korelasi empiris
dalam regresi yaitu koefisien determinasi/koefisien kesesuaian atau R2
dimana semakin mendekati 1 nilai R2 maka semakin baik model
regresinya.
Setelah itu, korelasi OCR vs kedalaman dan su/σv0’
vs kedalaman ini akan dibandingkan dengan formula dalam mencari OCR dan su
dari hasil CPTu untuk mencari beberapa range tipikal dari
koefisien-koefisien dalam uji CPTu untuk tanah lunak di Porong-Sidoarjo seperti
NKT, Ne dan NΔu dan k.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar