Pertama kalinya dalam sejarah perminyakan
Lapangan Tiaka yang terletak di Blok Senoro-Toili dioperasikan bersama oleh Pertamina dan Medco E&P Tomori Sulawesi. Lapangan yang berada di lepas pantai Teluk Tomori itu mulai berproduksi pada 31 Juli 2005. Dari produksi yang terkumpul sampai Desember 2005 sebanyak 155.377 barrel, dikapalkan minyak mentah sebanyak 75.000 barrel ke Kilang Pertamina Plaju.
Deputi Umum Badan Pengatur Kegiatan Hulu Migas Bangun Harahap mengatakan, produksi minyak mentah dari Sulawesi itu penting di tengah upaya pencapaian target produksi minyak mentah Indonesia sebesar 1,3 juta barrel per hari tahun 2009.
Cadangan minyak di Lapangan Tiaka telah ditemukan pada tahun 1985 oleh Union Texas Inc, tetapi kemudian ditinggalkan karena dinilai tidak ekonomis. Dengan harga minyak mentah yang semakin tinggi, lalu diupayakan pengembangan yang dilakukan oleh JOB Pertamina-Medco E&P pada tahun 2000. Untuk memudahkan pengeboran, dibangunlah sebuah pulau buatan di lepas pantai Tiaka.
Wilayah kerja Blok Senoro- Toili memiliki luas 451 kilometer persegi. Blok itu berada di dua daerah terpisah, yakni Area Senoro (onshore) di wilayah Kabupaten Banggai dan Area Toili (offshore) di wilayah Kabupaten Morowali.
Lapangan minyak Tiaka yang berada di Area Toili diperkirakan dapat memproduksi minyak mentah 10 juta barrel. Di Area Senoro terdapat lapangan Senoro yang berpotensi menghasilkan gas 3,7 triliun kaki kubik.
Produksi awal minyak mentah lapangan tersebut hanya sekitar 1.200 barrel per hari (bph), tetapi saat ini sudah mencapai 2.000 bph. Presiden Direktur Medco Energi Oil & Gas Lukman Mahfoedz mengatakan, kapasitas produksi akan terus ditingkatkan menjadi 5000 bph.
Selain minyak mentah, potensi gas di Sulawesi juga akan dikembangkan. Medco bersama- sama dengan Pertamina telah sepakat membangun fasilitas kilang gas alam cair di Luwuk, Kabupaten Banggai.
Segera setelah pengapalan minyak mentah, Medco dan Pertamina akan menyinergikan pengembangan potensi gas di Blok Senoro, Donggi, dan Matindok, ujar Lukman.
Potensi gas dari ketiga blok tersebut mencapai 9,6 TCF. Rencananya, Medco dan Pertamina sebagai penyuplai gas akan menggandeng LNG Energi Utama untuk pembangunan kilang. Meskipun tidak sebesar Arun atau Bontang, Kilang LNG yang dikembangkan dengan pola joint venture itu diharapkan bisa menyubstitusi produksi kedua kilang LNG yang terus turun.
Untuk tahap awal, Senoro akan memasok gas 240 juta kaki kubik per hari, sedangkan Matindok sekitar 100 juta kaki kubik, ujar Lukman.
Kilang LNG yang ditargetkan berproduksi tahun 2008, diharapkan bisa mengirim 14-20 kargo LNG. (Sumber : Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar