Tambal gigi dengan amalgam yang berbahan merkuri sudah ratusan tahun digunakan. Namun dalam beberapa tahun terakhir amalgam diduga berpotensi membuat orang terkena racun merkuri. Benarkah tambal gigi amalgam berbahaya?
Yang jelas hingga saat ini belum ada pihak yang membuktikan dampak bahaya dari amalgam. Pihak Food and Drug Administration (FDA) Amerika juga mengatakan amalgam aman karena kadar merkuri yang digunakan rendah.
Campuran zat yang mengandung merkuri itu dinilai hampir ideal dalam mengembalikan fungsi gigi karena pemasangannya yang mudah, meminimalkan perubahan yang terjadi serta memiliki kekuatan tekanan yang tinggi sehingga lebih awet.
FDA menilai tambal gigi amalgam masih lebih besar keuntungan dari pada ancaman risikonya. Sebaliknya beberapa negara Eropa sudah melarang penggunaan bahan merkuri untuk tambal gigi.
Meski bahaya nyata dari merkuri ini belum terlihat, tapi merkuri diketahui bisa memasuki sistem tubuh manusia melalui penguapan air raksanya yang terhirup, tertelan bersama air liur atau masuk ke dalam pembuluh darah.
Ilmuwan dari University of Saskatchewan menemukan fakta baru dari aktivitas bahan merkuri untuk tambal gigi. Seperti dilansir SunTimes, Jumat (8/1/2010), peneliti menemukan campuran merkuri di bahan tambal gigi bisa berubah dari waktu ke waktu dan tingkat keracunan juga berbeda.
Dengan menggunakan teknik X-ray khusus, para ilmuwan menganalisis permukaan tambalan logam yang baru dibuat dan membandingkannya dengan tambalan gigi yang sudah berusia 20 tahun dari sebuah klinik gigi.
Campuran tambalan baru mengandung logam merkuri yang dapat beracun sedangkan tambalan yang sudah berusia 20 tahun mengandung bentuk merkuri yang tidak berbahaya.
Profesor George Graham yang memimpin penelitian itu mengungkapkan, penggunaan merkuri (Hg) bisa menghasilkan elektron Hg LIII XAS yang dapat membentuk beta-HgS pada permukaan campuran tambalan gigi, yaitu suatu bentuk kimia yang biounavailable (sudah tidak hidup) dan tidak akan menimbulkan bahaya beracun.
Sifat air raksa atau merkuri di permukaan amalgam yang telah lama hilang hingga 95 persen yang diduga hilang saat pembentukan beta-HgS. Penemuan ini telah dipublikasikan dalam American Chemical Society's Journal of Chemical Research in Toxicology.
Merkuri yang asli mengalami reaksi kimia yang signifikan dari waktu ke waktu. Dengan adanya perbedaan kandungan, hal ini mengisyaratkan bahwa adanya pelepasan merkuri di dalam tubuh.
Meskipun bentuk terakhir dari merkuri yang tersisa kurang beracun, tapi tetap saja hal ini menunjukkan bahwa bentuk merkuri yang beracun ada kemungkinan masuk ke dalam tubuh.
Ditambahkan Graham yang harus menjadi perhatian khusus justru sifat merkuri yang telah hilang tersebut. Apapun penyebabnya, tapi kandungan merkuri yang hilang tersebut harus menjadi perhatian khusus.
Karena keracunan merkuri baru akan timbul setelah jangka waktu yang panjang, akibat adanya akumulasi logam merkuri dari dalam tubuh yang bisa berisiko terhadap kesehatan.
Penggunaan tambal gigi dengan amalgam sendiri kini mulai menurun dan banyak ahli gigi yang mulai menggunakan penambal gigi berbahan porselen atau komposit putih berwarna seperti gigi (Sumber : Detik.com)
Jumat, 08 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar