Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengaku sudah mengirimkan surat resmi kepada Wakil Presiden Boediono mengenai rekomendasi alokasi gas Donggi-Senoro. Isinya merekomendasikan kombinasi domestik dan ekspor untuk alokasi gas tersebut.
"Betul, kombinasi (domestik dan ekspor) adalah yang terbaik dengan segala pertimbangan," kata Hatta Sabtu malam (10/4/2010).
Hatta mengirimkan surat resmi bernomor S-36/M.EKON/03/2010 kepada Wapres Boediono tanggal 8 Maret 2010 yang menyatakan pihaknya setuju dengan usulan Menteri ESDM Darwin Saleh yakni pengembangan gas Senoro menggunakan opsi kombinasi ekspor dan domestik untuk kebutuhan industri pupuk dan PLN. Opsi tersebut, lanjut Hatta dalam suratnya, sudah didukung hasil kajian independen Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI ITB) sesuai arahan Wapres.
Dalam kajiannya, LAPI ITB menyarankan gas Senoro dikembangkan dengan skenario ekspor LNG sebesar 335 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan pemakaian dalam negeri bagi PT Pusri 60 MMSCFD dan PT PLN 30 MMSCFD.
Hatta mengatakan, harus ada kombinasi ekspor dan domestik untuk gas Senoro adalah karena pada tahun 2014 di saat gas Senoro mulai berproduksi, pasar gas internasional akan banjir pasokan terutama dari Qatar. Dengan telah disampaikannya rekomendasi tersebut, imbuh Hatta, maka keputusan alokasi gas dari lapangan Senoro tinggal menunggu persetujuan Wapres.
Sementara itu, Direktur proyek PT Medco Energi Internasional Tbk Lukman Mahfoedz optimis usulan kombinasi ekspor dan domestik untuk alokasi gas Senoro yang juga diajukan pihaknya akan disetujui pemerintah dalam waktu dekat.
"Karena opsi ini adalah yang terbaik dan menguntungkan setelah melalui beberapa kali kajian," ungkap Lukman saat dikonfirmasi detikFinance.
Ia menjelaskan, berdasarkan proposal kajian akhir bersama dengan BP MIGAS dan Kementerian ESDM untuk alokasi gas Senoro adalah kombinasi pasokan ke DSLNG dan domestik (PLN dan pabrik pupuk ) dengan ratio 25 %. Dimana untuk domestik akan disalurkan secara bertahap sesuai dengan kesiapan pasar lokal.
"Ada pun untuk DSLNG disiapkan 335 MMSFD untuk 2 milion ton capacity LNG," kata dia.
Ia menyatakan, meskipun kelanjutan proyek ini belum mendapat kepastian sejak setahun lalu, namun sampai saat ini seluruh pihak yang terlibat dalam proyek ini yaitu Medco, Pertamina dan Mitsubishi masih terus berkomitmen meneruskan proyek ini. Ketiga perusahaan tersebut sudah mengeluarkan sekitar Rp 800 miliar hanya di downstream (sisi hilir).
"Itu belum termasuk ongkos pengeboran di hulu oleh Pertamina dan Medco," kata dia.
Komitmen serupa ditunjukan oleh para calon pembeli asal Jepang yang sejak tahun 2007 hingga kini masih menunggu di tengah persaingan yang sangat ketat untuk pemasaran LNG saat ini.
"Akan tetapi tentunya mereka tidak bisa menunggu terlalu lama," ungkapnya.
Keputusan pemerintah mengenai kelanjutan proyek ini sangat dinanti-nantikan para pengembang proyek Donggi Senoro. Pasalnya kontrak PSC (Production Sharing Contract) akan berakhir pada tahun 2027. Padahal secara ekonomis membutuhkan waktu operasi minimum 15 tahun untuk mengembangkan suatu proyek.
(Sumber : Detik.com)
Rabu, 21 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar